Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Tradisi Arwah Jamak di Demak Jelang Lebaran dan Bagaimana Hukumnya

Kompas.com - 27/03/2022, 19:07 WIB
Desi Intan Sari,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebentar lagi, seluruh umat Islam di dunia akan melaksanakan puasa dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. 

Dalam menyambut datangnya bukan Ramadhan, setiap wilayah di Indonesia punya berbagai perayaan yang berbeda satu sama lainnya. Misalnya saja di Demak, Jawa Tengah mempunyai tradisi jelang Lebaran bernama  Arwah Jamak.

Baca juga: Resmi! Boleh Mudik Lebaran Asal Sudah Vaksinasi Booster

Tradisi yang sudah ada sejak zaman Sunan Kalijaga di Demak ini terus dilestarikan hingga sekarang, seperti dikutip dari Kompas.com (2/7/2016).

Untuk memulai tradisi Arwah Jamak adalah orang-orang akan membacakan doa untuk orangtua maupun kerabat dan leluhur mereka yang sudah tiada. 

Doa yang dipanjatkan tersebut akan dibacakan menjelang bulan Ramadhan atau sepuluh hari terakhir pada malam ganjil puasa Ramadhan. 

Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.

Bisanya tradisi ini dilakukan di mushala oleh para laki-kaki di desa-desa yang ada di Demak, misalnya saja seperti di Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah. 

Para laki-laki di Desa Karangsari itu melakukan tradisi ini di Mushala Darusalam dan mengirim doa bagi leluhur masing-masing.  

Jika ada orang yang ingin kerabatnya yang telah meninggal ikut didoakan, mereka akan bersedekah uang untuk setiap nama orang yang sudah tiada. 

Baca juga: Kabar Baik! Boleh Mudik Lebaran Asal Vaksin 2 Kali

Nantinya, uang yang terkumpul akan diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan, seperti yatim piatu.

Arwah jamak boleh dilakukan

Perlu diketahui bahwa amalan Arwah Jamak ini boleh dilakukan umat islam karena tidak bertentangan dengan ajaran islam, dikutip dari Nu.or.id. 

Menurut Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, KH Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf mengingatkan, Arwah Jamak juga sudah menjadi sebuah tradisi di lingkungan Nahdliyin.

Gus Yusuf juga menyebut bahwa tradisi ini juga wajib dilestarikan, lantaran amalan Arwah Jamak itu adalah sebuah perbuatan baik yang dilakukan kepada orangtua atau birrul walidain

Baca juga: Pascalibur Lebaran, Kunjungan ke Gunungkidul dan Bantul Meningkat

"Birrul walidain itu tidak mengenal putus waktu, berbuat baik kepada orang tua harus dilakukan oleh anak baik saat orang tua masih hidup atau ketika sudah meninggal," jelas Gus Yusuf.

Gus Yusuf mengatakan bahwa orang yang sudah meninggal juga sangat merindukan kiriman doa dari anak-anak, keluarga, dan sanak saudaranya yang masih hidup. 

Jadi, dengan melakukan amalan ini diharapkan doa yang dikirimkan dapat melahirkan ridha orangtua karena salah satu syarat diterimanya amalan adalah tergantung ridlannya orang tua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com