KOMPAS.com – Jelang Ramadhan, setiap daerah di Indonesia memiliki cara penyambutan yang berbeda-beda. Misalnya saja di Aceh. Ada tradisi membeli kambing, memasak, dan memakannya bersama sanak saudara.
Tak hanya bersama keluarga. Seringnya anak yatim, orang kurang mampu, dan para tetangga juga diajak untuk makan-makan.
Tradisi yang menggambarkan sebuah hubungan yang harmonis di Aceh biasa disebut dengan Meugang, seperti dikutip dari Kompas.com (11/2022).
Baca juga: Apa Tradisi Arwah Jamak di Demak Jelang Lebaran dan Bagaimana Hukumnya
Berdasarkan penelitian dari Marzuki Abubakar berjudul Meugang dalam Masyarakat Aceh: Sebuah Tafsir Agama dalam Budaya, perayaan ini termasuk salah satu momen penting dalam keluarga.
Ketika Meugang dirayakan, anggota keluarga yang merantau dari daerah jauh akan pulang untuk melakukan tradisi ini. Menurut Marzuki, setiap daerah di Aceh memiliki menu masakan yang berbeda untuk merayakan Meugang, tak hanya daging saja.
Misalnya saja di Aceh Besar, warganya kerap kali memasak Asam Keueung atau makanan bumbu asam keueng yang dibuat mirip dengan menu daging cincang padang. Perbedaannya adalah rasa asamnya datang dari cuka ataupun jeruk purut.
Kemudian, untuk di Kabutapen Pidie, masyarakatnya membuat menu Kari untuk dinikmati saat Meugang.
Baca juga: Kenapa Ziarah Kubur Ramai Dilakukan Saat Lebaran, Ini Alasannya
Menunya tak hanya dua itu saja tapi masih ada yang lainnya tergangung dari daerah mana yang merayakannya.
Tradisi ini juga tak hanya dilakukan saat menjelang Idul Fitri saja, tapi juga saat menyambut Idul Adha umat Islam.
Marzuki menyebutkan bahwa tradisi ini berkaitan erat dengan nilai-nilai keislaman, terutama saat Ramadhan tiba.
Semua yang dilakukan dalam tradisi ini digambarkan sebagai rasa suka cita menyambut datangnya bulan suci yang penuh berkah.
Meugang juga diharapkan bisa menjadi ladang pahala orang-orang yang menyedekahkan makanan untuk mereka yang kekurangan.
Baca juga: Resmi! Boleh Mudik Lebaran Asal Sudah Vaksinasi Booster
Bagi masyarakat Aceh tradisi ini merupakan sebuah hal yang harus dilakukan, jika memang tak mampu bisa mengganti daging sapi atau kambing dengan ayam ataupun bebek.
Tokoh masyarakat Aceh, Ali Hasjmy menjelaskan bahwa tradisi ini sudah lama ada sejak Islam mulai masuk ke Aceh sekitar abad ke-14.
Pada saat kerajaan Aceh Darussalam berdiri, tradisi ini juga telah dimulai dan dirayakan oleh pihak istana kerajaan.