Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Meminta Hujan Komunitas Tokan Lokan Pito, Dilakukan di Lereng Gunung Api

Kompas.com - 28/03/2022, 07:39 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

LEWOLEBA, KOMPAS.com - Ritual meminta hujan ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), khsusnya Komunitas Tokan Lokan Pito.

Bagi Komunitas Tokan Lokan Pito, Kabupaten Lembata, ritual meminta hujan dan mengusir hama penyakit dikenal dengan nama lete mayan ure kowa dan sedu sike nawo nu maye apu angi.

Ritual ini sudah dilaksanakan pada Januari 2022 lalu.

Baca juga: 5 Negara yang Punya Pawang Hujan Selain Indonesia, Ritualnya Beragam

Tua adat setempat, Frans Bomemaking mengatakan, ritual ini dilaksanakan setiap tahun di Kampung Lama.

Kampung ini berada di atas bukit. Persis di lereng gunung api Ile Lewotolok. Untuk itu, lokasinya hanya hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama dua jam.

Suasana kampung ini sangat tenang. Udaranya sejuk. Banyak tumbuhan lamtoro yang mengitarinya.

Ia menjelaskan, saat tiba di pintu masuk kampung, tiga suku tuan tanah, yakni Kokemaking, Bomemaking, dan Bidomaking melangsungkan ritual lete mayan ure kowa dan sedu sike nawo nu maye apu angi.

Ketiga tuan suku mendoakan secara adat ramuan atau obat kampung yang sudah disiapkan Kwinay Lewhon (pelayan). Ramuan ini dianggap ampuh menangkal semua kesialan, hama, sakit penyakit, termasuk bencana selama setahun.

"Ada beberapa jenis ramuan, yakni klebou, kayo kedang, arawanga, tale mitemen, tale burakan, kobo, olo, dan bra'a," sebut Frans kepada Kompas.com, Minggu (27/03/2022).

Ramuan ini sejenis akar kayu. Cukup sulit didapat, karena hanya tumbuh di daerah yang dianggap keramat oleh warga.

Baca juga:

Bebas dari bencana

Foto: Dua orang Kwinay Lewhon (pelayan) sedang menggotong ramuan dan seekor anak anjing menuju pintu masuk Kampung Lama.Dokumen Desa Lamatokan Foto: Dua orang Kwinay Lewhon (pelayan) sedang menggotong ramuan dan seekor anak anjing menuju pintu masuk Kampung Lama.

Sebelum didoakan, dua orang Kwinay Lewhon mengikat ramuan pada sebilah kayu. Kemudian digotong menuju pintu masuk kampung.

"Seekor anak anjing juga digotong bersamaan dengan ramuan," tambah Frans.

Baca juga: 12 Tradisi Jelang Ramadhan di Indonesia, Padusan sampai Nyadran

Di pintu masuk, ketua Suku Kokemaking melafalkan syair adat pembuka. Sementara warga yang hadir secara bersamaan membacakan kidung adat tanda dimulainya ritual.

"Dimulai dari pintu gerbang kampung, dan berakhir di Namang (tempat berkumpul para tetua adat)," katanya.

Puncak dari ritual ini adalah ketika anak anjing disembelih. Dagingnya kemudian dipotong menjadi beberapa bagian.

"Setelah dipotong, daging anjing dan ramuan dijepit dengan bambu, lalu ditancapkan di beberapa muro (tempat terlarang)," jelas Frans.

Setelah prosesi itu selesai, ramuan diberikan kepada warga hadir. Setiap warga berhak mendapat satu kumpul obat kampung. Ramuan tersebut nantinya dipajang di setiap rumah.

Hal ini menandakan bahwa rumah dan segala isinya bersih dari penyakit, bebas dari kesialan, dan jauh dari ancaman bencana alam.

Baca juga:

Frans berujar, ritual lete mayan ure kowa dan sedu sike nawo nu maye apu angi rutin dilakukan setiap tahun.

"Berlaku selama satu tahun, nanti tahun depan seremoni lagi. Ramuan yang lama kami buka, kami pasang ramuan yang baru," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com