Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

80 Persen Sampah di Laut adalah Sampah dari Daratan

Kompas.com - 22/06/2022, 13:23 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Setidaknya sekitar 80 persen sampah di laut adalah sampah-sampah dari daratan.

Angka ini didapatkan dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) per 16 Juni 2022, yang dikumpulkan dari 207 kabupaten dan kota pada 2021.

Baca juga: Awas Bahaya, Ini Akibatnya Buang Sampah Sembarangan di Air Terjun

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) I Nyoman Radiarta mengatakan, sampah laut dan dampak pencemaran terhadap laut sudah menjadi isu skala lokal, nasional, hingga global.

Sampah laut atau marine debris dinilai sangat berdampak buruk bagi lingkungan dan biota laut.

"Kita tahu bahwa sebanyak 80 persen sampah laut berasal dari kegiatan di daratan yang bocor melalui sungai dan mencemari laut," ungkap Nyoman dalam sebuah dialog bertema polusi di laut, seperti dikutip keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (21/06/2022).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Berdasarkan sumber data yang sama, diketahui bahwa komposisi sampah tertinggi atau 29,5 persennya adalah sampah sisa makanan. Sementara komposisi sampah tertinggi kedua atau sebesar 15,4 persen adalah sampah plastik.

Baca juga: Buang Sampah Sembarangan di Gunung, Bisa Kena Denda sampai Blacklist

Ada berbagai contoh kasus di lapangan. Nyoman menyebut, salah satunya adalah ditemukannya paus terdampar di Wakatobi yang saluran pencernaannya penuh dengan sampah laut. Jumlahnya disebut mencapai 5,9 kilogram.

Secara rinci, ia menyebut di dalam perut ikan paus tersebut ditemukan sampah gelas plastik seberat 750 gram (115 buah), plastik keras 140 gram (19 buah), botol plastik 150 gram (empat buah), dan kantong plastik 260 gram (25 buah).

Ada pula serpihan kayu 740 gram (enam potong), sandal jepit 270 gram (dua buah), karung nilon 200 gram (1 potong), dan tali rafia 3.260 gram (lebih dari 1.000 potong).

"Oleh karena itu, diperlukan beberapa tindakan untuk menangani sampah laut, terutama untuk mengurangi polusi plastik di lautan,” kata Nyoman.

Baca juga: 10 Laut Terdalam di Dunia, Nomor 3 Ada di Indonesia

Langkah panjang mengurangi polusi plastik di laut

Dibutuhkan langkah panjang untuk mengurangi polusi plastik di lautan.

Nyoman menyebutkan, salah satu target pemerintah adalah mengurangi kebocoran sampah plastik ke laut hingga 70 persen pada 2025 dan diharapkan mendekati angka nol pada 2040, melalui Rencana Aksi Nasional Sampah Laut 2018-2025.

Dua petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon sedang mengangkut sampah di laut Teluk Ambon atau tak jauh dari pasar ikan di Mardika, Ambon, Kamis (4/6/2020)KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Dua petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon sedang mengangkut sampah di laut Teluk Ambon atau tak jauh dari pasar ikan di Mardika, Ambon, Kamis (4/6/2020)

Selain itu, KKP juga telah membentuk Pokja 3 Penanganan Sampah Laut dan Pesisir.

"Dalam Pokja TKN PSL (Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut), KKP memiliki tugas mengelola sampah di pesisir dan laut, seperti pengelolaan sampah plastik yang berasal dari kegiatan transportasi laut, wisata bahari, kegiatan kelautan dan perikanan, serta luar pulau dan pulau-pulau kecil,” ucapnya.

Baca juga: Pantai Teluk Hijau Banyuwangi, Surga Tersembunyi dengan Air Laut Berwarna Hijau 

Langkah strategis KKP dalam mengakhiri polusi plastik laut juga dimulai dari lapisan masyarakat, seperti gerakan peningkatan kesadaran masyarakat.

Langkah lainnya adalah pengelolaan limbah darat dari sektor KP, pengelolaan sampah yang berasal dari pesisir dan laut, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan penegakan hukum, serta inovasi pengelolaan sampah.

Hal lainnya seperti mendorong para nelayan mengganti alat tangkapnya menjadi alat tangkap ramah lingkungan, menyediakan fasilitas pengolahan limbah di pelabuhan dan desa perikanan, dan lainnya.

Baca juga: Ke Mana Limbah Toilet Kapal Dibuang?

"Mari kita laksanakan pembangunan kelautan dan perikanan dengan menerapkan prinsip ekonomi biru, agar laut tetap sehat dan masyarakat semakin sejahtera," tutur Nyoman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com