BORONG, KOMPAS.com - Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas sudah menetapkan Desa Mbengan desa wisata di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Penetapan itu disambut gembira oleh Kepala Desa Mbengan, Yohanes Tobi bersama warga masyarakat setempat.
"Pemerintah Desa Mbengan bersama masyarakat sedang menata dan mempromosikan keunikan-keunikan wisata budaya, alam, tradisi, atraksi budaya, dan cerita-cerita rakyat," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (19/10/2022).
Yohanes melanjutkan bahwa ada banyak tempat wisata alam yang tersebar di kawasan Desa Mbengan.
Beberapa di antaranya, Ngapan Keto (tebing Keto) dengan keunikan pemandangan alam untuk melihat Laut Sawu, Air Terjun Ndalo Werok, Goa Liang Kar, Air Terjun Piripipi, Air Terjun Par Tambang.
Baca juga: Mengenal Desa Mbengan di NTT yang Ditetapkan sebagai Desa Wisata
Untuk wisata budaya, ada atraksi Umbiro, Wai Doka, tarian Kelong, permainan tradisional Napa Tikin, Ghena Ajo, Dang Ajo, Paka Maka, dan berbagai ritual adat yang berkaitan dengan pertanian ladang.
"Beberapa waktu lalu, turis dari Jerman sudah berwisata di obyek wisata Ngapan Keto," tutur Yohanes.
Bahkan beberapa tahun lalu, sambung dia, rombongan turis dari Belgia bersama pemandu dari Manggarai Timur sudah mengunjungi desa ini dan menyaksikan atraksi budaya yang dipentaskan oleh masyarakat setempat.
Sementara itu, Tua adat Suku Mukun di Desa Mbengan, Kornelius Ngamal Ramang (62) menjelaskan, tradisi sakral di Kampung Bungan yang masih dirawat dengan baik adalah tarian Keda Rawa saat dilangsungkan ritual adat Ghan Woja.
Keda artinya injak tanah, menghentakkan kaki di tanah dan rawa artinya syair-syair mistis yang dilantunkan tua-tua adat di kampung tersebut.
Baca juga: Manggarai Timur NTT Punya Banyak Danau, Jadi Tempat Rekreasi Turis
Jadi Tarian Keda Rawa adalah tarian khas bernuansa mistis yang dilaksanakan oleh tua-tua adat laki-laki. Tarian ini dilaksanakan tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita dan pada pagi hari sebelum matahari terbit.
Adapun Ghan Woja, ghan artinya makan dalam bahasa etnis Kolor dan woja artinya bulir padi panjang.
Jadi, ritual Ghan Woja adalah makan padi baru untuk menandakan berakhirnya tahun lama dan memasuki tahun tanam baru dalam kalender pertanian masyarakat.
"Ritual ini juga sebagai ungkapan rasa syukur bahwa tahun lama sudah lewat dan memasuki tahun baru masa tanam dalam kalender pertanian orang kampung Bungan," kata Ramang.
Biasanya, lanjut Ramang, ritual ghan woja dilaksanakan Juli-September tiap tahunnya. Namun, pada 2022 agak terlambat karena anomali cuaca.
Sebelum dilaksanakan ritual Ghan Woja di rumah, masyarakat Kampung Bungan dilarang membuka kebun baru. Ini aturan lisan yang secara turun temurun ditaati masyarakat setempat.
"Ada masyarakat yang coba melanggar aturan adat ini. Buktinya tidak ada hasil jagung, padi di kebunnnya. Selain itu jagung, padi tidak berbuah dan diganggu binatang-binatang," ujar Ramang.
Lihat postingan ini di Instagram
Ia melanjutkan, orang yang menanam pertama di ladang adat yang berada disekitar mbaru mere (rumah adat) yakni Suku Nanga. Jikalau tua adat Suku Nanga belum menanam pagi, jagung di kebun, warga lain dilarang menanam duluan.
"Ini aturan adat yang ditaati oleh warga kampung bungan. Dan masih ada banyak ritual adat lainnya di Perkampungan Bungan," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.