Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk Pakai Batik Bomba Khas Sulawesi Tengah, Berikut 4 Faktanya

Kompas.com - 14/11/2022, 19:23 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - CEO Tesla Inc, Elon Musk tampak mengenakan batik berwarna hijau saat dirinya hadir secara virtual dalam rangkaian B20 Summit pada Senin (14/11/2022).

"Terima kasih karena telah memakainya. Batik itu kami kirimkan dari 15.000 kilometer jauhnya," kata Anindya Bakrie saat menjadi moderator dalam diskusi bersama Elon Musk, Senin (14/11/2022).

Baca juga: Mati Lampu, Elon Musk Hadiri B20 secara Virtual dalam Kondisi Gelap

Ia juga menjelaskan kepada Elon Musk bahwa batik yang dipakainya berasal dari Sulawesi Tengah, tepatnya dari desa kecil yang juga tempat dengan banyak nikel.

Adapun batik yang dikenakan Elon Musk merupakan salah satu motif dari Batik Bomba, khas Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Berikut sejumlah fakta menarik yang Kompas.com rangkum seputar Batik Bomba dari Kabupaten Donggala ini.

Fakta Batik Bomba Elon Musk

1. Tenun khas dari Donggala, Sulawesi Tengah

Seperti disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah Diah Entoh, Batik Donggala yang lebih dikenal sebagai batik motif Bomba merupakan tenun khas dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Perajin menunjukkan aneka motif sarung Donggala yang telah selesai ditenun pada Festival Tenun Donggala di Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (11/8/2022). Setelah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, pemerintah setempat juga tengah mengusulkan kepada UNESCO untuk menetapkan kain tenun Donggala sebagai warisan dunia. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.BASRI MARZUKI Perajin menunjukkan aneka motif sarung Donggala yang telah selesai ditenun pada Festival Tenun Donggala di Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (11/8/2022). Setelah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, pemerintah setempat juga tengah mengusulkan kepada UNESCO untuk menetapkan kain tenun Donggala sebagai warisan dunia. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/tom.

Mengutip Kompas.com (12/8/2022), kain tenun ini dibuat secara tradisional dalam tiga tahap, yaitu pencelupan, menenun, dan memintal.

Baca juga:

Adapun perkembangan kain tenun Donggala ialah sejak masa pendudukan Belanda yang merupakan perpaduan antar kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah dan Bugis pada saat itu.

Dari perpaduan antar-kerajaan inilah dihasilkan kain tenun Donggala yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat dan lambang status sosial masyarakat.

2. Umumnya dipakai dalam acara pernikahan

Diah mengatakan, saat ini kain batik Bomba umumnya dipakai untuk kegiatan formal, seperti pernikahan dan acara-acara pemerintahan.

"Penggunaan kain batik Bomba atau sarung Donggala secara ritual umumnya digunakan saat acara pernikahan oleh pengantin laki-laki, begitu pula dengan sejumlah orang tua menggunakan sarung sebagai bentuk kesakralan," kata Diah kepada Kompas.com, Senin (14/11/2022).

Ia menambahkan, sarung Donggala juga digunakan pada acara sunatan atau nokeso bagi anak-anak yang beranjak remaja. Bahkan pada upacara kematian, sarung Donggala bermotif Buya Sabe dijadikan sebagai kain penutup jenazah.

3. Jenis motif batik Bomba dan maknanya

Batik Bomba punya motif yang variatif dengan makna berbeda sebagai berikut:

  • Buya Bomba, merupakan motif tanaman (bunga) yang memiliki makna rasa cinta yang suci terhadap keluarga, kerajaan, dan Tuhan.
  • Buya Subi, merupakan kepala kain yang bermotif belah ketupat dan badan kain yang bermotif tanaman bunga menjalar.

Baca juga: Museum Batik Indonesia TMII, Punya Koleksi 860 Kain Batik Seluruh Negeri

"Motif ini bermakna keteguhan hati untuk pria yang melamar wanita, serta sebagai simbol pemersatu keluarga," terang Diah.

  • Buya Bomba Kota, merupakan batik dengan motif kotak-kotak kecil dengan garis vertikal pada kepala kain, yang bermakna bahwa setiap manusia haruslah menjaga tingkah laku.
  • Kombinasi Bomba dan Subi, berupa kepala kain dengan motif bunga kuncup dan badan kain bermotif bunga mawar. Maknanya adalah raja cinta yang suci terhadap kerajaan Banawa.
  • Buya Cura, merupakan batik bermotif kotak-kotak besar yang memiliki makna bahwa semasa hidup haruslah menjaga tingkah laku sebagai amalan saat meninggal dunia.
  • Buya Awi, tidak memiliki motif dan bermakna wanita yang suci yang siap dinikahi pria pujaan hati.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com