Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Stasiun Jatinegara, Beroperasi sejak Tahun 1910

Kompas.com - 26/01/2023, 10:16 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Stasiun Jatinegara adalah salah satu stasiun kereta api di Jakarta yang memiliki bangunan unik.

Rupanya, bangunan yang dipertahankan sejak lama ini memang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya beberapa waktu lalu.

Baca juga: 4 Fakta Sejarah Stasiun Bogor, Cagar Budaya yang Berusia 142 Tahun 

Letaknya yang dekat dengan pusat kota juga membuat Stasiun Jatinegara menjadi salah satu stasiun tersibuk di ibu kota. Selain jadi tempat pemberhentian Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ), Stasiun Jatinegara juga melayani commuter line atau kereta rel listrik (KRL).

Berikut sejumlah fakta tentang Stasiun Jatinegara yang menyimpan sejarah ini.

Fakta Stasiun Jatinegara

1. Ditetapkan sebagai cagar budaya pada 2005

Stasiun Jatinegara ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada 2005 dan terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan nomor registrasi RNCB.19990112.02.000503 berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.13/PW.007/MKP/05 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 011/M/1999, seperti dikutip dari situs Kereta Api Indonesia (KAI).

Baca juga: Sejarah Stasiun Pasar Senen, Punya Terowongan Peron Pertama di Indonesia

2. Salah satu stasiun tersibuk di Jakarta

Penumpang Kereta Api Jarak Jauh di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (23/1/2023).KOMPAS.com/NABILLA TASHANDRA Penumpang Kereta Api Jarak Jauh di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (23/1/2023).

Dikutip dari direktori pariwisata yang dikelola Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Stasiun Jatinegara kini termasuk yang paling sibuk di Daerah Operasional 1 (Daop 1 Jakarta).

Stasiun ini melayani perjalanan KRL relasi Bekasi-Jakarta Kota PP, Jatinegara-Bogor PP, serta KAJJ.

Baca juga: Bagaimana Pilih Kursi Kereta Api agar Tak Hadap Mundur?

Terdapat lima jalur utama untuk perjalanan kereta api dan tiga jalur alternatif untuk langsir lokomotif dan kereta perawatan jalur kereta api.

3. Dulunya tidak bernama Stasiun Jatinegara

Stasiun ini sebelumnya bernama Stasiun Meester Cornelis. Dikutip dari jurnal bertajuk Stasiun Jatinegara Era Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 (2021) yang dirilis melalui Fajar Historia, nama itu tak terlepas dari nama daerah atau wilayah yang dimiliki seorang pemuka agama Kristen yang bernama Cornelis van Senen.

Wilayah itu kemudian berkembang pesat menjadi pemukiman dan pusat perdagangan yang ramai.

Menurut situs KAI, nama Meester (tuan guru) Cornelis diabadikan menjadi nama wilayah setelah Cornelis van Senen meninggal dunia pada 1661.

Baca juga: Sejarah Museum Ambarawa, Stasiun Berusia 1,5 Abad

Pada 1887, perusahaan kereta api swasta Bataviaasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM) meresmikan Stasiun Meester Cornelis bersamaan pembukaan jaringan kereta api Batavia Zuid (Jakarta Kota)-Meester Cornelis (Jatinegara)-Bacassie (Bekasi) yang diperpanjang hingga Karavam (Karawang).

Lantaran masalah keuangan, jalur tersebut kemudian dibeli oleh perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS) pada 1898.

Pada 1909, SS kemudian membangun stasiun baru yang terletak sekitar 600 meter dari Stasiun Meester Cornelis eks BOSM.

Saat itu, pada 1910 stasiun dibuka sementara untuk penumpang, koper, dan pengiriman barang. Sedangkan stasiun lama tetap digunakan untuk lalu lintas barang.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Bangunan baru stasiun diduga merupakan rancangan Insinyur Snuyff, kepala sementara di biro arsitek di Burgelijk Openbare Werken (Dinas Pekerjaan Umum).

Baca juga: 5 Fakta Stasiun Cirebon yang Bersejarah, Berdiri Sejak 1912

Awalnya, stasiun tersebut sempat dikenal dengan nama Rawa Bangke, diambil dari nama rawa yang letaknya tidak jauh dari stasiun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com