Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Busana Adat Bajawa yang Dipakai Orang Ngada Saat Ritual Reba

Kompas.com - 21/02/2023, 20:07 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat Ngada dari Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki sebuah tradisi ucapan syukur sekaligus ritual keagamaan yang disebut Ritus Reba.

Ritual ini dilaksanakan setiap bulan Januari hingga Februari, satu kali setahun.

Baca juga:

Dalam ritual tersebut, peserta laki-laki akan mengenakan pakaian khusus yang disebut Sapu Lu'e dengan sejumlah ornamen pelengkap.

Berikut ulasan singkat tentang busana adat Bajawa tersebut.

Makna busana adat Bajawa orang Ngada

Busana adat Bajawa yang dikenakan oleh orang Ngada saat Ritual Reba tersusun dari sejumlah ornamen. Salah satu ornamen dalam yang dikenakan adalah parang besar, yang digenggam dengan tangan kanan.

Menurut penjelasan Ketua Paguyuban Keluarga Besar Ngada Jabodetabek (PKBNJ) Damianus Bilo, parang tersebut tidak boleh digunakan sembarangan, melainkan sebagai alat untuk melindungi diri, keluarga, dan kelompok masyarakat.

"Di sebelah kanan saya ini adalah parang kebesaran orang Ngada. Tidak asal, sembarang menggunakan parang, ia menggunakan parang itu untuk kehidupan, bukan mengenakan parang untuk yang bertentangan dengan kehidupan," kata Damianus saat ditemui Kompas.com dalam Festival Reba di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Sabtu (18/2/2023).

Busana adat Bajawa masyarakat Ngada yang dikenakan dalam Ritual Reba, Sabtu (18/2/2023)Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Busana adat Bajawa masyarakat Ngada yang dikenakan dalam Ritual Reba, Sabtu (18/2/2023)

Sedangkan untuk pakaian, mulai dari atas disebut sebagai Boku, alias topi kebesaran orang Ngada. Berikutnya adalah pengikat topi yang dinamakan sebagai Marinla.

"Marinla itu aksesoris yang tidak pernah dilepaskan dari pakaian kebesaran, yaitu (menunjukkan) jalan kebesaran kita masih memberikan pencerahan kepada lingkungan sekitar," tutur Damianus.

Baca juga:

Lalu, yang ada di dada disebut sebagai Wuli. Dalam tradisi orang Ngada, Wuli sebetulnya hanya dipakai oleh tokoh-tokoh tertentu yang dituakan kelompok masyarakat.

Tokoh ini baik kepala kampung, kepala suku, ataupun kepala adat dalam upacara tertentu. Jadi, atribut ini tidak dikenakan sembarang orang.

Terakhir, ialah atribut yang dinamakan Lu'e yang menjadi ciri khas dari atribut busana adat laki-laki. Lu'e dilingkarkan di dada untuk memberikan batasan.

"Jadi ada rumusan yang merupakan hukum yang membatasi diri, sesama, membatasi masyarakat. Terutama dalam membatasi diri kita ini agar tidak boleh sombong tidak boleh arogan," ucapnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com