Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kupatan di Kampung Budaya Polowijen Malang, Dibalut Menari Bersama

Kompas.com - 30/04/2023, 16:46 WIB
Nugraha Perdana,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Warga Kampung Budaya Polowijen di Kota Malang, Jawa Timur menggelar tradisi Kupatan bersamaan dengan memperingati Hari Tari Sedunia.

Ibu-ibu dan anak-anak mengenakan pakaian adat Nusantara serta makan bersama.

Ketua Forum Komunikasi Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi mengatakan, tradisi kupatan umumnya mengenakan busana muslim bersamaan dengan suasana Lebaran.

Baca juga:

Namun, kali ini warga mengenakan pakaian adat Nusantara berbarengan memperingati Hari Kartini. Kegiatan itu digelar pada Sabtu (29/4/2023).

"Yang membuat berbeda kali ini di gelar bersamaan dengan Riyayan (lebaran) Kupatan bertajuk Kartini Menari. Warga Kampung Budaya Polowijen sejak 2017 sudah empat kali memperingati Hari Tari Sedunia, termasuk kemarin, Sabtu (29/4/2023)," kata Isa Wahyudi pada Minggu (30/4/2023).

Peringatan Hari Tari Sedunia tahun ini kembali digelar setelah dua tahun lalu sempat absen karena Pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, warga menari seperti Tari Topeng Malang, Tari Beskalan Putri Malang, Tari Gugur Gunung, Tari Nyai Rangda dan tari-tari tradisional lainnya.

Baca juga: Sensasi Nongkrong Ditemani Kereta di Selak Kopi Malang, Seperti di Vietnam

Semangat Kartini di Hari Tari Dunia dan Momentum Lebaran Kupatan menyatu dalam Parade Kostum Nusantara sebagai inti dan puncak perayaan dengan menari bersama.

Hadir dalam acara tersebut yakni Ketua Pokdarwis dari berbagai kampung tematik di Kota Malang. Selain itu juga ada rombongan dari Perempuan Bersanggul Nusantara.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Semua peserta memperagakan busana masing-masing sebagai wujud komitmen pada pelestarian tradisi dan budaya.

Baca juga: Serunya Naik Bus Macito, Lihat Landmark Kota Malang

Selain itu, mereka juga saling bermaaf-maafan dan makan bersama lontong, kupat bersam sayur opor yang mereka bawa sendiri.

"Ini kegiatan melestarikan tradisi dan merawat budaya orang Jawa kalau bermaaf-maafan menggunakan simbul ketupat ngaku lepat (mengakui kesalahan dan bermaaf-maafan)," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com