Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Multatuli Rangkasbitung, Museum Anti Kolonialisme Pertama di Indonesia

Kompas.com - 29/05/2023, 14:43 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Multatuli ialah nama pena dari seorang pemuda berkebangsaan Belanda bernama Eduard Douwes Dekker yang mengungkap kekejaman pemerintah kolonial Belanda melalui karya sastra berjudul Max Havelaar.

Karya sastra tersebut mulanya tidak diterima dengan baik oleh masyarakat Belanda karena Multatuli dianggap "menelanjangi" bangsa sendiri.

"Banyak sekali bangsa Belanda pada saat itu menganggap bahwa Multatuli ialah seorang penghianat karena menggerogoti Belanda dari dalam," kata Edukator Museum Multatuli Ginandar saat ditemui Kompas.com di lokasi, Jumat (26/5/2023).

Baca juga:

Akan tetapi, siapa sangka karya tersebut kemudian berhasil menarik perhatian pembaca hingga ke berbagai negara di dunia.

Rekam jejak Multatuli saat ini dapat ditemui di dua tempat di dunia. Pertama , di Museum Multatuli Amsterdam dan kedua di Museum Multatuli Rangkasbitung.

Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai jejak sejarah kolonialisme Belanda dan pengaruh Multatuli bagi keberlangsungan bangsa Indonesia, Kompas.com berkesempatan mampir ke Museum Multatuli Rangkasbitung.

Sejarah Museum Multatuli

Museum Multatuli di Rangkasbitung.KOMPAS.com/ Suci Wulandari Putri Museum Multatuli di Rangkasbitung.

Gedung yang digunakan sebagai Museum Multatuli di Rangkasbitung saat ini merupakan gedung kantor bekas kewedanaan pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

"Bangunan ini didirikan sekitar 1923-an, dan kemudian beralih fungsi menjadi Museum Multatuli sekitar awal 2016," kata Ginandar.

Ginandar menceritakan mulanya gedung yang direncanakan sebagai gedung museum yaitu rumah dinas yang dulu pernah ditempati oleh Multatuli di Rangkasbitung.

Baca juga:

Akan tetapi karena terkendala administrasi dan kepemilikan, bangunan Museum Multatuli kemudian dialihkan ke bekas kantor kewedanaan yang juga sudah menjadi cagar budaya.

"Museum ini dipugar awal 2016, beberapa bangunan dari kewedanaan dialihfungsikan, kemudian diresmikan sebagai museum pada 11 Februari 2018," ujar Ginandar. 

Proses pembangunan museum ini, kata Ginandar, melibatkan para pemerhati sejarah, seniman, dan budayawan.

"Museum ini terdiri dari tujuh ruangan, dan masing-masing ruangan memiliki tema tersendiri. Tema museum ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kolonialisme dan anti-kolonialisme," kata Ginandar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com