Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Budaya DIY Bangkitkan Pariwisata

Kompas.com - 21/07/2011, 15:36 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kebudayan dan Pariwisata I Gede Ardhika mengatakan masyarakat Yogyakarta memiliki modal dasar berupa nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kepercayaan untuk bangkit menghadapi berbagai masalah kepariwisataan.

"Contohnya, saat terjadi bencana gempa bumi maupun Gunung Merapi meletus, masyarakat Yogyakarta tidak terlalu menadahkan tangan menunggu bantuan pihak lain. Mereka menyingsingkan baju untuk membangun kembali, dan mengembalikan ke dalam nuansa kehidupan sehari-hari," katanya di Yogyakarta, Rabu (20/7/2011).

Dalam seminar sehari "Ayo Bangkitkan Pariwisata Yogyakarta 2012" yang diselenggarakan dalam rangkaian memperingati HUT Ke-31 PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Yogyakarta itu, Ardhika mengatakan nilai-nilai berupa semangat untuk bangkit ini yang seharusnya oleh para pelaku pariwisata diserap dan digunakan untuk mendorong pertumbuhan kepariwisataan Yogyakarta.

"Seharusnya semangat tersebut dijadikan titik awal pendorong untuk maju meningkatkan citra pariwisata Yogyakarta. Untuk itu harus ada semacam cita-cita pengembangan pariwisata," katanya.

Menurut Ardhika, pelaku industri pariwisata di Yogyakarta harus memiliki bayangan seperti apa wujud daerah ini pada puluhan tahun ke depan, agar jangan sampai berpikiran jangka pendek, namun tidak tahu arah yang akan dituju.

Dalam kaitan kepariwisataan, Yogyakarta harus dibangun dengan citra sebagai pusat kebudayaan yang sebenarnya menjadi kekuatan daerah ini, yaitu budaya yang memiliki keunikan. "Budaya yang dilandasi nilai-nilai masyarakat Yogyakarta itu sendiri, contohnya dalam berdagang ada semacam falsafah Jawa yaitu ’tuno satak, bati sanak’ yang artinya lebih baik tidak memperoleh keuntungan materi, tetapi memperoleh tambahan saudara atau keluarga baru," katanya.

Ardhika melanjutkan, falsafah itu mencerminkan bahwa nilai ekonomi atau materi, jauh di bawah, dan nilai yang tertinggi justru hubungan kekeluargaan. "Falsafah tersebut sebenarnya yang harus digunakan sebagai dasar membangun kepariwisataan Yogyakarta. Namun, semua itu baru harafiah saja, dan bagaimana mengartikulasikan dengan tantangan modernisasi," katanya.

Ardhika mengatakan pengembangan pariwisata seharusnya tidak terperangkap pada aspek materi atau fisik semata, tetapi justru lebih mengedepankan kontribusi dan menularkan nilai-nilai yang luhur tersebut kepada wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke daerah ini.

"Saya rasa semua itu yang menyebabkan pariwisata Yogyakarta menjadi beda daya tariknya dengan daerah lain, sehingga membuat wisatawan yang datang ke daerah ini ingin kembali lagi ke Yogyakarta," tambah Ardhika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com