KUDUS, KOMPAS.com - Melewati Kudus, bagi umat Islam, rasanya kurang lengkap rasanya jika tak mampir ke Menara Kudus dan masjidnya. Masjid yang dibangun Sunan Kudus pada 1530 itu masih berdiri kokoh, seolah bercerita banyak kisah, termasuk toleransi beragama yang diajarkan Sunan Kudus.
Hampir setiap musim mudik, dan musim musim ziarah, masjid ini dipadati pengunjung. Keindahan arsitektur masjid dan menara itu menjadi daya tarik tersendiri.
Menara Kudus yang amat terkenal itu, merupakan kombinasi arsitektur Islam, Jawa, dan Hindu. Ini sebagai refleksi toleransi beragama yang diajarkan Sunan Kudus.
Ajaran itu masih terasa hingga sekarang. Sulit ditemui makanan dengan bahan daging sapi. Sebab, Sunan Kudus pernah memberi wejangan agar masyarakat tak memotong sapi sebagai hewan kurban. Ini lebih untuk menghormati masyarakat Hindu yang menghormati sapi.
Nasihat itu masih ditaati masyarakat sampai sekarang. Maka, sebagai gantinya, masyarakat lebih memilih memotong hewan kerbau untuk masakan atau kurban daripada sapi.
Karena itu pula, Kudus juga terkenal dengan soto kerbau. Sebab, daging kerbau lebih populer di kota yang terkenal dengan rokok keretek tersebut.
Menara Kudus dengan filosofi dan dasar arsitekturnya, seolah terus mengingatkan masyarakat akan pentingnya toleransi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.