Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bono, "Surfing" di Sungai Kelas Dunia

Kompas.com - 17/02/2012, 19:35 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Olahraga surfing atau selancar biasa dilakukan di laut. Namun, Sungai Kampar di Riau terkenal di dunia oleh para surfer atau peselancar sebagai tempat selancar.

Penduduk lokal menyebut ombak besar di Sungai Kampar sebagai Bono. Peselancar dunia pun ikut menyebutnya dengan ”Bono”.

”Bono sudah mulai dikenal. Dan, sudah dijadwalkan oleh asosiasi surfer dunia, kapan puncak gelombang Bono. Ini salah satu produk destinasi yang luar biasa,” ungkap Sekretaris Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi, Kreatif Achyaruddin baru baru ini di Jakarta.

Ia menyebutkan berdasarkan riset dunia, Bono dianggap sebagai surfing di sungai terbaik di dunia. Hal ini berdasarkan besarnya ombak dan lamanya ombak tersebut bertahan.

Hanya saja, ia mengakui untuk akses dan fasilitas masih terbatas. Tempat itu sendiri, lanjutnya, awalnya dipromosikan oleh peselancar asing yang mencoba selancar Bono.

”Kapal khusus dan jetski khusus sudah ada, tapi masih sangat terbatas. Jadi untuk kedatangan turis banyak-banyak masih susah. Surfer Indonesia juga sudah mulai banyak datang dan mencoba surfing Bono,” jelasnya.

Sebelumnya, Achyaruddin menjelaskan di Sungai Kampar, bisa terjadi 21 buah gelombang secara bersamaan. Sehingga jika puncak Bono, 21 surfer bisa berselancar bersamaan.

Puncak Bono atau gelombang di saat paling tinggi, dapat diprediksi sesuai bulan purnama atau berdasarkan kalender tarikh qomariyah.

”Jadi bukan pakai kalender Masehi. Nanti bisa diketahui kapan Bono besar, Bono kecil, mati atau tidak ada gelombang, dan Bono paling besar yaitu saat bulan penuh,” ungkapnya.

Saat puncak Bono, lanjutnya, ketinggian gelombang dapat mencapai tiga meter. Walaupun saat Bono kecil, peselancar masih bisa saja berselancar.

”Seperti Kuta saja, saat ombak kecil masih bisa, tapi untuk pemula,” katanya.

Achyaruddin mengungkapkan sebenarnya sudah mengetahui keberadaan Bono sejak lama. Hanya saja, ia tak menyangka bahwa bisa melakukan surfing di sungai. Selama ini, lanjutnya, ia pikir surfing hanya di laut.

Surfer asing melakukan riset dan menginformasikan ke masyarakat dunia. Ini jadi membuka wawasan kita untuk bangun pariwisata,” ungkapnya.

Kemanparekraf bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dan para peselancar Indonesia terus mengembangakan daerah tersebut agar semakin layak menjadi destinasi wisata, terutama untuk selancar.

”Saya optimis kalau dikerjakan secara terpadu, 500 ribu sampai 1 juta wisatawan mancanegara bukan persoalan sulit karena ini bisa dijadikan ikon pariwisata Riau,” tuturnya.

Ia menambahkan walaupun belum ada hotel dan restoran, peselancar mancanegara terus saja berdatangan. Apalagi, lanjutnya, beberapa peselancar di luar negeri seperti dari Perancis sudah ada yang menjual paket surfing Bono.

”Dulu masyarakat adat menganggapnya sebagai suatu yang menakutkan. Bagi kita itu potensi wisata,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Travel Update
    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Travel Update
    Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

    Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

    Hotel Story
    Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

    Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

    Travel Update
    5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

    5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

    Jalan Jalan
    Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

    Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

    Travel Update
    4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

    4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

    Jalan Jalan
    Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

    Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

    Travel Update
    5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

    5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

    Jalan Jalan
    Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

    Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

    Travel Update
    Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

    Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

    Jalan Jalan
    Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

    Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

    Travel Update
    Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

    Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

    Travel Tips
    Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

    Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

    Travel Update
    5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

    5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com