Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Boven Digoel Dilirik Belanda

Kompas.com - 01/07/2012, 23:18 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Penjara Lama, Sungai Ampera, dan Tugu akan dijadikan proyek pariwisata unggulan, selain Burung 12 Antene (12 Wires), Burung Cendrawasih, dan budaya dari Kabupaten Boven Digoel, Papua. Konsep pariwisata terintegrasi ini diharapkan mendorong sektor pariwisata sebagai salah satu andalan sumber perekonomian di Kabupaten Boven Digoel.

Wakil Bupati Boven Digoel Yesaya Merasi, di Jakarta, Minggu (1/7/2012), mengatakan, sebagai satu-satunya kabupaten di Indonesia yang masih mengadopsi nama Belanda, wilayah yang dipimpinnya itu memiliki sejumlah ikon  pariwisata terkenal untuk disajikan pada kalangan wisatawan manca negara dan domestik.

"Kami bertekad membangun sektor pariwisata secara profesional. Pasti bisa, asalkan didukung infrastruktur dan sumber daya mencukupi," kata Merasi.

Saat ini, konsep pembangunan pariwisata secara terintegrasi sangat diperlukan untuk menciptakan kenyamanan serta ketenangan wisatawan yang berkunjung di kabupaten tertentu, khususnya wilayah yang menjadi bagian dari Provinsi Papua ini. Selain juga menyediakan sistem air bersih, pemerintah juga akan meningkatkan kemampuan sektor telekomunikasi, kelistrikan, dan transportasi untuk membuka akses ke daerah itu.

"Jika akses ada, pasti makin banyak yang berkunjung ke Boven Digoel. Banyak potensi dan kekayaan kami yang harus diketahui dunia luar sebagai kekayaan lain Papua," tutur Merasi.

Ia mengatakan, di dunia internasional, nama Boven Digoel sangat familiar. Sebelum Bung Karno memproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus 1945, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927-1941 telah menjadikan Boven Digoel sebagai tempat pembuangan tokoh-tokoh perintis kemerdekaan Republik Indonesia.

Mereka adalah Bung Hatta, yang menjadi wakil presiden pertama Republik Indonesia dan Sayuti Melik, pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI. Selain itu, tercatat nama-mana seperti Muchtar Lutffi, Ilyas Yacup, Sutan Syahrir, dan Mas Marco Kartodikromo pernah mendekam di Penjara Lama  Boven Digoel.

"Pariwisata menjadi salah satu andalan Boven Digoel. Kami sangat serius menggarapnya dan akan gencar mempromosikannya di berbagai kegiatan nasional dan internasional," jelas Merasi.

Promosi di Belanda Asisten III Bidang Umum Pemerintah Kabupaten Boven Digoel, Titus Tambaip, mengungkapkan, pariwisata Boven Digoel masih menjadi daya tarik tersendiri sebagai tujuan utama wisatawan Belanda. Negeri Kincir Angin itu memiliki hubungan historis dengan Kabupaten Boven Digoel di masa lalu.  

"Untuk itu, kami terus mempromosikan Boven Digoel ke Belanda seperti tahun lalu," ujar Tambaip.

Selain mengikutsertakan pejabat sektor terkait, lanjut dia, tim yang dipimpinnya ke Belanda tahun lalu juga memboyong puluhan penari dari Boven Digoel.  Mereka membawakan sedikitnya tujuh tarian tradisional seperti Tari Tre-tre Kukpran, Loka Tinggop, Wambot Ngop, Kenkdon, Tetereop Banggolo, dan Bumbu Ne Danggop.

"Mereka menampilkan rangkaian tari khas Papua di pameran dan pesta budaya berskala internasional di Belanda," ujar Tambaip.

Tahun ini, selain telah menyemarakkan Tong Tong Fair 2012 di Malieveld, Den Haag, Belanda, tim Kesenian Boven Digoel juga sukses meramaikan "Papua Week" di ajang  Venlo World Expo Floriade 2012 di Venlo, Limburg, Belanda. Kegiatan 10 tahunan ini berlangsung selama enam bulan, pada April 2012 lalu yang diikuti peserta dari 40 negara.

"Syukurlah, masyarakat internasional, khususnya Belanda sangat mengapresiasi penampilan kami di Tong Tong Fair 2012 dan Floriade 2012. Kami mengadakan pertemuan dengan pimpinan dunia usaha di Belanda dan mereka tertarik berinvestasi di Boven Digoel," ungkap Tambaip.

Ia optimistis, minat investor asing dapat menjadi pemicu bagi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah itu.

"Pembicaraan ini dilakukan di Belanda dan sedang kami tindaklanjuti. Kami akan mengadakan pertemuan lagi di Jakarta untuk membicarakan rencana investasi di sektor pariwisata dan pengairan. Investornya dari Belanda," ujar Tambaip.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com