Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Tepian Sungai Cinta

Kompas.com - 23/05/2013, 13:37 WIB

SEBUAH taman memanjang di tepi sungai. Lengkap dengan jalur khusus sepeda dan ruas bagi pejalan kaki. Sejumlah jembatan khusus—juga untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda—membentang, menghubungkan kedua tepian sungai yang membelah kota di selatan Ila Formosa tersebut.

Inilah jantung kota Kaohsiung, ikon kebanggaan warga kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei. Sungainya bersih, berair jernih untuk ukuran sebuah kota industri dan jasa.

Tentu tak sebening air pegunungan seperti yang mengalir ke Danau Bulan Matahari (Sun Moon Lake) yang jadi andalan tujuan wisata Taiwan di wilayah Taichung, Taiwan tengah. Akan tetapi, kejernihan air sungai ini tetap tampak menonjol. Terlebih di malam hari, terlihat dari pendaran cahaya lampu aneka warna yang muncul ”di dalam” sungai tatkala ia memantulkan pesona malam sebuah kota yang gemerlap.

”Dulu sungai ini sangat kotor dan bau, tak ubahnya saluran pembuangan limbah,” kata Antony alias Tien Liu-Chong, pemandu perjalanan yang menemani kami keliling Taiwan, akhir April hingga awal Mei.

Romantisme

Di luar agenda tertulis yang selalu jadi acuan sang pemandu perjalanan, setiba di Kaohsiung, malam itu kami sepakat untuk menikmati suasana romantis di tepian sungai yang namanya tak kalah romantis: Love River, Sungai Cinta.

Brosur dan buku-buku perjalanan tentang Taiwan selalu memasukkan Sungai Cinta sebagai destinasi yang wajib dikunjungi apabila ke Taiwan selatan. Setara dengan Sun Moon Lake di Taiwan tengah, Taroko National Park di wilayah Hualien di pesisir timur Taiwan, serta menara pencakar langit Taipei 101, pasar malam Shilin, dan Ximending di kota Taipei, Taiwan utara.

Namun, entah mengapa, dalam daftar rencana perjalanan kami yang disodorkan Taiwan Tourism Board, nama Sungai Cinta tidak tercantum. ”Mungkin karena letaknya tak terlalu jauh dari hotel tempat kita menginap, jadi kita sendiri yang diminta berinisiatif menentukan pilihan lokasi untuk menikmati malam di Kaohsiung,” kata seorang rekan seperjalanan, bagian dari anggota rombongan yang berjumlah 14 orang itu.

Maka, rombongan itu pun akhirnya memilih menghabiskan malam sesuai selera masing-masing. Sebagian memutuskan pergi ke pusat perbelanjaan. Sementara saya dan beberapa rekan lain—termasuk Senior Manager Marketing PT Garuda Indonesia Luqmanul Hakim, selaku ketua rombongan—lebih memilih berjalan kaki sejauh sekitar 1 kilometer ke tepian Sungai Cinta.

Malam belum larut saat kami tiba di tepian Sungai Cinta. Para pesepeda lalu lalang di jalur khusus yang tersedia. Restoran dan kafe masih didatangi banyak pengunjung. Lagu-lagu bernuansa jazz dan blues terdengar mengalun di antara kecipak air sungai yang terempas dan jatuh ke tubir.

Di alur sungai, di bawah sorot lampu gemerlapan, kapal feri dan perahu bermotor terlihat hilir mudik. Di dalamnya sejumlah pelancong bersandar, menikmati malam di awal musim panas yang masih terasa sejuk.

Di tepian sungai, di taman dan bangku-bangku yang ada di sepanjang sisi jalan setapak yang dibatasi rantai besi di tubir sungai, beberapa pasangan duduk sambil berpegangan tangan. Agak ke hilir, Pelabuhan Kaohsiung—salah satu pelabuhan laut terpenting di Taiwan—yang berada di mulut masih beraktivitas.

Sejarah kota

Pilihan untuk menghabiskan separuh malam di tepian Sungai Cinta ternyata tidak keliru. Selain mendapatkan pengalaman romantis menikmati panorama dan atmosfer Sungai Cinta di waktu malam, lebih dari itu, banyak pelajaran berharga tersaji di balik itu semua.

Sungai Cinta di Kaohsiung boleh dibilang mewakili salah satu sisi sejarah peradaban sebuah kota. Semasa Dinasti Qing (1644-1911), ketika Pulau Formosa masih bagian tak terpisahkan dari China daratan, Sungai Cinta— kala itu masih bernama Sungai Dagao—yang tergolong lebar dan alami digunakan untuk irigasi pertanian. Tanah datar di kedua sisinya dimanfaatkan untuk peternakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com