Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Kampung Wangi Condet

Kompas.com - 21/06/2013, 20:38 WIB
Norma Gesita

Penulis

DAHULU orang datang ke Condet untuk mencari Salak. Namun kini semua orang berbondong-bondong datang ke Condet untuk membeli minyak wangi (parfum). Condet yang kini dikenal dengan sebutan “Kampung Wangi” atau “Condet Wangi” ini memang tak pernah sepi peminat. Hampir setiap hari orang-orang dari berbagai daerah dan kalangan memadati Jalan Condet yang kini penuh oleh toko minyak wangi refill.

Kisah Jalan Condet yang kini berubah menjadi Kampung Wangi ini bermula dari orang-orang Arab yang mulai menetap di Condet sejak tahun 1980-an. Hal ini karena berkembangnya bisnis penempatan tenaga kerja Indonesia untuk kawasan Timur Tengah di area tersebut.

Para pedagang Arab ini kemudian mulai berdagang minyak wangi, seperti yang mereka lakukan di tempat asalnya. Bagi mereka, meracik minyak wangi sendiri merupakan suatu kepuasan batin.

Akan tetapi, tren berjualan minyak wangi ini baru menjamur sekitar tahun 2000-an. Nawawi, salah seorang pedagang minyak wangi di Jalan Condet mengaku bahwa tokonya berdiri sejak tahun 2001 dan saat itu hanya ada kurang lebih 3 toko saja.

“Toko ini dari 2001. Tapi waktu itu cuma ada tiga toko,” terang Nawawi saat ditemui Kompas.com di Jalan Condet.

Kini, sejak menjamurnya toko-toko minyak wangi di Condet, julukan baru seperti “Kampung Wangi” atau “Condet Wangi” mulai muncul. Bahkan ada juga yang menamainya “Jalan Wangi” karena dari sore sampai malam hari, hampir semua toko minyak wangi dipenuhi oleh pengunjung yang membeli minyak wangi. Karena tak hanya satu-dua orang yang mencoba wewangian tersebut sebelum membeli, sepanjang jalan Condet memang menjadi wangi secara harafiah.

Semua toko minyak wangi yang berada di jalan Condet ini memang menjual minyak wangi refill atau bibit minyak wangi. Para pedagang mengaku tidak mungkin menjual minyak wangi yang sudah rapi dalam kemasan botol yang unik dan dengan harga yang mahal.

“Enggak mungkin kita jual yang kayak parfum-parfum bermerek itu, malah enggak laku. Kalaupun jual, orang juga akan bilang itu isinya refill, jadi percuma,” kata Nawawi.

Kelebihan dari toko-toko minyak wangi refill yang berada di sepanjang jalan Condet adalah para pelanggan bebas membeli minyak wangi dalam jumlah yang mereka inginkan dan dengan aroma yang mereka inginkan pula.

Setiap toko menjual lebih dari 300 varian jenis bibit minyak wangi, mulai dari yang termurah sekitar Rp 500/ml sampai Rp 25.000/ml. Sedangkan botol-botol yang disediakan berukuran mulai dari 20 ml sampai 100 ml.

Pelanggan juga bebas menentukan campuran bibit parfum serta tingkat kepekatan yang mereka inginkan. Bahkan, para pedagang di daerah ini juga bisa membuatkan campuran dengan contoh minyak wangi yang dibawa oleh pelanggan sendiri.

Tak sulit untuk mencapai Kampung Wangi ini. Pengunjung hanya perlu menuju ke arah Pusat Grosir Cililitan (PGC) karena toko minyak wangi refill ini mulai bisa ditemui sekitar 100 meter dari PGC.

Kemudian dari arah Pasar Rebo bisa naik angkutan kota (angkot) 06 jurusan Gandaria-Kampung Melayu dengan ongkos tak lebih dari Rp 3.000. Dari arah UKI bisa naik angkot atau Metromini apa pun yang menuju ke PGC dengan ongkos sekitar Rp 2.000. Atau naik bus Transjakarta dari arah mana pun menuju ke shelter PGC dengan ongkos Rp 3.500 saja.

Pembeli yang datang ke daerah ini bukan hanya berasal dari Pulau Jawa saja, melainkan dari luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan, untuk pembeli dari luar negeri kebanyakan berasal dari Arab dan Malaysia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com