"Ini khotbah Jumat nanti. Kita akan memulainya sekitar pukul 12.30,” tutur pria tersebut sembari menyerahkan lembaran khotbah Jumat.
Keramahan takmir masjid di atas menjadi kesan pertama saat memasuki areal Seoul Central Masjid, di kawasan Itaewon, Seoul, Korea Selatan, pada awal Jumat di bulan Juni lalu. Sebuah masjid terbesar di Korea Selatan yang mulai difungsikan pada tahun 1976. Masyarakat sekitar ataupun pendatang lebih akrab mengenalnya sebagai Masjid Itaewon.
Khusus bagi wisatawan Muslim, Masjid Itaewon merupakan jujugan saat akan menunaikan shalat Jumat. Shalat Jumat di Masjid Itaewon disampaikan dalam bahasa Korea, Inggris, dan Arab. Buletin khotbah Jumat ditulis dengan bahasa Korea dan Inggris. Ini dilakukan untuk menghormati para jemaah yang datang dari sejumlah negara. Seusai shalat Jumat, sebagian besar umat mengikuti antrean untuk mendapat susu dan pisang gratis dari takmir masjid.
Denyut kehidupan antarumat beragama di Korea Selatan sepertinya tidak banyak mendapat sorotan khalayak. Korea Selatan lebih dikenal sebagai produsen elektronik dan otomotif yang disebar ke sejumlah negara atau menjadi eksportir budaya K-pop dan film drama yang mengguncang dunia.
Keberadaan Masjid Itaewon menjadi bukti Negeri Kimchi yang menjamin kebebasan beragama warganya. Ia adalah potret keselarasan dan toleransi dari masyarakat yang kaya akan latar belakang etnis, budaya, dan agama. Umat Islam yang tercatat sebagai kaum minoritas bisa hidup dengan damai dan beribadah dengan tenang. Di Negeri Kimchi, semua pemeluk agama merasa terlindungi. (Wawan H Prabowo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.