Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keliling Dunia Sambil Bekerja, Kenapa Tidak?

Kompas.com - 24/07/2013, 10:11 WIB
Fira Abdurachman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan untuk menumpuk uang, tapi untuk membiayai perjalanan. Tidak jarang pula pekerjaan yang didapat tidak sesuai dengan bidang pendidikan. Sehingga, jangan heran jika lulusan sarjana universitas terkenal bekerja sebagai pelayan restoran, petani di perkebunan, atau pengasuh bayi di luar negeri, demi bisa keliling dunia.

Fransiska Widi, sejak akhir 2012 silam mengikuti program Au Pair di Eropa. Program ini lebih tepat disebut program pertukaran budaya, di mana pemuda di bawah usia 30 tahun bisa mendapatkan working tourist visa atau visa turis yang diperbolehkan untuk bekerja.

Visa ini berlaku selama satu tahun. “Ini adalah impian saya sejak kecil, keliling Eropa," ucap Widi dalam perbincangan dengan Kompas.com.

Selama satu minggu Widi bekerja selama 30 jam. Dia bekerja enam jam per hari sebagai pengasuh anak di sebuah keluarga di Belanda. Sisa waktunya, Widi bisa menikmati negara kincir angin dan negara Eropa lainnya bak pelancong.

Setiap bulan, setidaknya Fransiska Widi bisa menghasilkan uang hingga 340 Euro. Menurut Widi, bekerja selama di perjalanan ke luar negeri bukan semata uang, tapi demi pengalaman yang tak ternilai.

Dapet teman banyaaakkk banget selama di sini. Memperluas networking juga. Jadi tahu kultur kebudayaan tiap negara," ujar perempuan berusia 26 tahun ini.

DOKUMENTASI PRIBADI Marc Shortt saat di Myanmar

Tak berbeda juga dengan Marc Shortt, pemuda asal Inggris. Sudah hampir lima tahun dia sengaja bekerja di tengah perjalanannya, demi keliling dunia.

Di Australia, Marc menjalani berbagai pekerjaan, mulai kerja kantoran di sebuah konsultan humas, sampai menjadi petani, dan supir truk. Tambah lagi, sarjana jurusan hubungan masyarakat di Universitas Bournemouth, Inggris ini juga melancong, dan bekerja di Amerika Serikat dan Selandia Baru.

Selama satu tahun terakhir, Marc Shortt bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Myanmar. “Jangan ragu untuk mencoba pekerjaan baru," ujar Marc yang berasal dari Wymondham, Norfolk, Inggris saat ditemui di Laos beberapa waktu lalu.

Senada dengan Fransiska Widi, menurut Marc bekerja di perjalanan bukan semata demi karir. Kata Marc, “Sambil bekerja, saya bergaul dengan masyarakat lokal dan rekan kerja memberi lebih banyak pengalaman selama di perjalanan."

Untuk mendapat pekerjaan di perjalanan yang paling penting bagi Widi adalah keinginan yang kuat. Widi rela meninggalkan pekerjaan yang nyaman sebagai karyawan tetap di sebuah travel agent besar di Tanah Air, demi ikut program Au Pair. “Worthed (berharga, red), karena saya akan melihat dunia," tegas Widi.

Bukan hanya Eropa, Australia juga setiap tahunnya memberikan working tourist visa bagi 1.000 bagi pemegang paspor Indonesia. Berbagai informasi pekerjaan juga bisa didapat melalui internet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com