Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Terhormat, Beras dan Ikan

Kompas.com - 01/11/2013, 07:05 WIB
MESKIPUN banyak sumber makanan lain, beras sejak berabad-abad lalu tidak tergantikan sebagai makanan pokok masyarakat Bugis-Makassar. Bagi mereka, beras adalah makanan yang mulia dan terhormat. Saking terhormatnya, sampai-sampai penyair Makassar pada abad ke-17 mengejek musuh-musuhnya yang makan jagung dan ubi (Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, 2011).

Kemuliaan beras buat masyarakat Bugis berakar pada epos I La Galigo yang ditulis sekitar abad ke-7 hingga ke-14. Dalam salah satu episodenya, ”Meong Mpaloe”, beras dikisahkan sebagai titisan dewata. Syahdan, dewa penentu nasib Datu Patotoqe’ menurunkan salah satu putranya, Batara Guru, untuk mengatur dunia yang kacau-balau. Setelah beberapa lama tinggal di dunia, Batara Guru dinikahkan dengan We’ Nyiliq Timoq, puteri Sinauq Tojang dari Buriq Liu (Dunia Bawah).

Dari permaisurinya itu, Batara Guru memiliki dua anak, yakni We’ Oddang Riuq dan I Lati Uleng. Ketika berusia tujuh hari, We’ Oddang Riuq meninggal. Dari kuburnya muncul padi yang kemudian menjelma menjadi Sangiang Serriq (dewi padi). Belakangan, Datu Patotoqe’, sang penguasa nasib, memberi tahu bahwa We’ Oddang Riuq telah diserahkan kepada manusia demi kelangsungan hidup mereka di dunia.

Singkat cerita, Sangiang Serriq melakukan perjalanan keliling dunia. Betapa sedihnya ia menemukan banyak manusia berbuat durhaka pada padi dan Meong Mpaloe, kucing belang yang mengawal Sangiang Serriq. Mereka dipukul dan disia-siakan. Sangiang Serriq dan Meong Mpaloe baru mendapat perlakuan dan sambutan baik di Barru. Di sanalah akhirnya Sangiang Serriq dan Meong Mplaoe menetap sebelum kembali ke langit.

Selama di Barru, Sangiang Serriq memberikan banyak nasihat, petuah hidup, dan larangan-larangan demi kebaikan hidup manusia. Nasihat dan larangan itu antara lain berbunyi, ”Tutuplah tempat berasmu, kumpulkanlah takaranmu.... Jangan sekali-sekali mengosongkan tempayanmu juga pancimu di malam hari.... Jangan menghambur-hamburkan beras,” (Nurhayati Rahman, Meong Mpaloe, 2009). Selain versi Meong Mpaloe, ada beberapa versi mitologi Sangiang Serriq baik yang tertera dalam potongan naskah I La Galigo maupun sastra lisan.

Meski I La Galigo adalah naskah sastra yang bersifat mitologis, isinya diyakini orang Bugis sebagai kebenaran historis sehingga disakralkan. ”Itulah mengapa mitologi Sangiang Serriq berakar kuat dalam budaya Bugis-Makassar,” ujar Nurhayati Rahman, filolog dan Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

Sampai sekarang, orang Bugis-Makassar memperlakukan beras dengan halus dan penuh hormat. Ketika mengambil beras di tempayan, kaum perempuan tidak berani nungging, melainkan jongkok. Beras pun diambil dengan hati-hati dan lembut. ”Orangtua saya bahkan memegang beras seperti menimang seorang putri,” ujar Nurhayati.

Itu pula yang dilakukan Sarifa (75), pembuat kue sikaporo di Kelurahan Jagong, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulsel. Ia selalu berjongkok ketika mengambil beras dan membawanya dengan hati-hati agar tidak ada sebutir pun yang tercecer. Lantas, ia menumbuk beras tersebut hingga menjadi tepung kasar. Tepung kasar itu ia saring dengan kain kerudung berpori-pori rapat. Dengan beras yang ia perlakukan penuh hormat itu, ia membuat sikaporo lembut, gurih, dan lezat. Saking lembutnya, kue itu hanya perlu dikunyah sebentar sebelum hanyut dengan sendirinya ke tenggorokan.

Karena beras dianggap mulia, olahan beras dihidangkan di acara-acara mulia seperti perkawinan. Tengoklah rangkaian acara perkawinan yang digelar keluarga bangsawan Andi Dewa Bochari-Rosmiati Lalogau di Pangkajene, Kabupaten Pangkep, beberapa waktu lalu. Dua hari sebelum acara pernikahan dilaksanakan, puluhan ibu-ibu memasak 12 macam kue yang hampir semuanya berbahan beras mulai binangka, cucuru, putri sala, baje’, sikaporo, hingga kaddo minyak. Sebagian besar kue itu berasa amat manis.

”Kue-kue itu harus ada dalam acara pernikahan. Kalau tidak, rasanya tidak sah,” ujar Norma, kerabat dekat keluarga Andi-Rosmiati.

Seperti halnya beras, ikan juga dianggap makanan terhormat. ”Kalau makan tidak ada ikannya, dianggap tidak ada siri’ (rasa bangga), bisa diejek tetangga, ha-ha-ha,” ujar Nurhayati diikuti tawa.

Karena ada rasa bangga bisa menyantap ikan, lanjut Nurhayati, orang Bugis-Makassar banyak makan ikan. Satu potong ikan, meski besar, hanya dimakan satu orang. Itulah yang terlihat pada acara makan bersama di tepi sebuah tambak bolu (bandeng) di Labakkang, Pangkep. Satu orang makan dua-tiga ekor bolu bakar yang dibakar mendadak di tepi tambak dengan teman sepiring nasi serta sambal.

Di tempat lain, di sebuah warung di Pelabuhan Pendaratan Ikan Paotere, ikan cakalang bakar ukuran 50-an sentimeter disajikan satu ekor utuh untuk satu orang. Selain itu, masing-masing tamu masih disodori sepiring sup ikan kuah kuning. ”Anda habiskan, ya, kalau kurang boleh tambah lagi,” ujar budayawan Makassar, Asdar Muis, kepada beberapa tamunya yang makan bersama di warung tersebut.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Ikan Bandeng.
Secara sosial, makan sepiring ikan beramai-ramai kurang diterima di Bugis-Makassar. ”Tangan bisa dicubit kalau mengambil ikan dari piring orang lain,” kata Nurhayati.

Nurhayati mengatakan, naskah I La Galigo memang tidak bercerita tentang ikan, tetapi sastra lisan dan praktik sehari-hari menunjukkan orang Bugis-Makassar memuliakan ikan sebagai makanan. ”Para orangtua, termasuk ibu saya, mengajarkan, sebelum ikan diolah, ia harus diberi air wudu terlebih dahulu. Kemudian dibersihkan mulai dari insang baru ke bagian perut,” tutur Nurhayati.

Tubuh ikan lalu diiris di setiap sisinya sebanyak 3, 5, atau 7 (selalu ganjil) dan irisan mulai dari bagian kepala lalu buntut. Sebelum dimasak, ikan itu didoakan. Dengan begitu, ikan jadi lezat. ”Di kampung-kampung orang masih memperlakukan ikan seperti itu. Kalau belum diberi wudu, ikan belum boleh dimasak,” kata Nurhayati. (Budi Suwarna dan Aswin Rizal Harahap)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com