Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh-oleh Tape Ubi dari Seulawah

Kompas.com - 03/11/2013, 10:50 WIB
Kontributor Bireuen, Desi Safnita Saifan

Penulis

BIREUEN.KOMPAS.com—Menikmati tape tentu nikmat bila disajikan dengan es cendol dingin. Tapi tak begitu halnya tape yang ditawarkan pedagang-pedagang di kawasan Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar. Berbahan dasar ubi tepung maupun mentega, cita rasa manis dan harum yang dikeluarkan membuatnya enak dicicipi begitu saja.

Tape ini dihargai Rp 3.000 per bungkus. Namun jangan ragu jika Anda menawar Rp 10.000 untuk empat bungkus pasti langsung diberikan pedagang. Satu bungkus biasanya diisi tiga atau empat potong tape yang memiliki label tape manis Saree. Tak sulit mendapatkannya, karena terdapat di semua warung di pinggir jalan negara kawasan Saree.

Sebagai oleh-oleh, kawasan Saree menjadi pusat persinggahan pelintas jalan Banda Aceh-Medan. Berhawa sejuk diapit pegunungan Seulawah, tak ada salahnya mampir sejenak merehatkan badan yang letih selama perjalanan. Selain tape, aneka keripik turut dijual pedagang setempat. Mulai dari keripik ubi, keripik kentang, sukun dan lain-lain. Ada juga kue sabang yang dikemas di kotak-kota berukuran sedang, serta jagung manis yang dipastikan hangat selalu.

Semua oleh-oleh tadi dijejerkan rapi pada rak khusus terbuka yang memadati lapak pedagang. Kendati pengunjung tak menyempatkan diri untuk turun di dalam mobil atau sepeda motor, berjalan pelan saja mobil Anda akan dikerumuni pedagang yang membawa keripik, tape maupun oleh–oleh lain menggunakan keranjang. Tawar-menawar pun biasanya tak berlangsung lama.

Pengakuan Ita Maryati, seorang karyawan swasta, dia kerap singgah khusus untuk memburu oleh-oleh setiap hendak pulang ke Bireuen. Khususnya tape ubi, hampir semua anggota keluarganya memesan setiap Ita hendak pulang ke kampung halaman. “Kalau tape ini bisa disimpan hingga tiga hari di kulkas. Jadi sering beli banyak untuk dibagi-bagi,” ungkap Ita.

Dia menyebutkan cita rasa tape Saree sejak belasan tahun lalu tidak berubah, kendati sudah lebih sedikit dikemas. “Seingat saya kalau dulu penuh satu kemasan plastik ini, sekarang cuma tiga atau empat potong saja,” tutur Ita seraya berspekulasi pengurangan jumlah tape dikarenakan harga jual tidak dinaikkan.

Begitupun, Ita tetap memburu tape tepung yang berwarna putih dari pada yang mentega. “Saya suka tape putih karena warnanya bersih dan tidak terlihat kotor,” sebutnya. Untuk sekali beli Ita bisa menghabiskan kocek Rp 50.000 yang dibungkus dua kantung plastik hitam.

Rohani, seorang pedagang tape mengatakan dalam sehari dia bisa menghabiskan 30 hingga 50 bungkus tape yang diambil dari sentra penjualan. “Pembeli biasanya suka yang baru jadi setiap hari saya mengambilnya di sentra,” ujar perempuan paruh baya itu.

Rohani mengaku sudah 14 tahun berjualan oleh-oleh Saree untuk membantu perekonomian keluarganya. Di samping itu dia dan suami menggarap kebun untuk ditanami ubi sebagai bahan baku utama pembuatan tape dan keripik tersebut. Dalam sehari, Rohani bisa meraup penghasilan kotor berkisar Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Namun untuk hari libur dan momen tertentu seperti lebaran bisa naik hingga dua kali lipat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com