Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Bangunan Bersejarah di Jatinegara

Kompas.com - 10/11/2013, 11:43 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Setiap hari Kawasan Jatinegara tak pernah tampak sepi. Lalu lalang masyarakat dengan berbagai kesibukan meramaikan kawasan ini. Daerah yang terkenal dengan stasiun dan pasar Mester itu ternyata menyimpan banyak bangunan bersejarah.

Seperti yang dikatakan Adjie Hadipriawan dari Komunitas Love Our Heritage (LOH), kawasan Jatinegara dahulu adalah kawasan satelit, penunjang kota Batavia.

Sekitar tahun 1661, di sini pernah berdiam seorang guru agama Kristen yang hijrah dari Pulau Banda. Guru yang bernama Meester Cornelis Senen itu, akhirnya menjadi salah satu tokoh yang disegani. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Cikarang, Bekasi, Jatinegara hingga Kebayoran.

Kemudian, nama guru tersebut dijadikan orang setempat menjadi nama wilayah. Makanya di Jatinegara sering disebut dengan Mester. Pasarnya pun dikenal dengan Pasar Mester.

Sabtu (2/11/2013), Kompas Travel bersama Komunitas Love Our Heritage (LOH), bersama-sama menelusuri jejak sejarah di Jatinegara. Rombongan kami terdiri dari puluhan orang. Anak-anak dan dewasa, bahkan ada yang merupakan pasangan suami istri.

Penjelajahan dimulai dari Stasiun Jatinegara. Salah satu stasiun ternama di Jakarta Timur itu, masih menyimpan arsitektur Belanda masa lalu. Arsitektur kuno terlihat dari bentuk peron stasiun yang telah ada sejak 1910.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Rombongan tur Jatinegara berada di depan viaduct, di Kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Aditia Harmawan, pengelola Stasiun Jatinegara mengatakan, tidak seperti beberapa tahun yang lalu, kini Stasiun Jatinegara tak terlalu banyak penumpang. Karena stasiun hanya melayani penumpang dengan rute Jabodetabek. Sedangkan rute kereta ke luar Jakarta hanya menurunkan penumpang. Stasiun tidak melakukan pengangkutan penumpang.

Dari stasiun, rute selanjutnya menuju Gedung eks Kodim 0505 yang berada di seberang stasiun. Bangunan bercat putih dengan tiang penyangga di terasnya itu tampak rimbun di antara pepohonan. Tetapi saking rimbunnya pepohonan, bangunan itu agak sedikit terselip tak terlihat.

Konon, bangunan ini adalah tempat peristirahatan Meester Cornelis. Sayang, rombongan kami tak bisa masuk ke dalam. Karena kabarnya bangunan tersebut sedang dilakukan renovasi. Dari kabar yang beredar, menurut Adjie, bangunan ini akan menjadi Gedung Kesenian Jakarta Timur. Sungguh ide baik. Dengan begitu, masyarakat semakin banyak memiliki wadah berkreatifitas seni.

Setelah melihat Kodim, rombongan berjalan menyusuri gang-gang kecil. Tempat selanjutnya adalah kelenteng. Sebenarnya pada hari ini rombongan akan menuju ke dua kelenteng. Kelenteng pertama berada tak jauh dari bangunan Kodim. Tepatnya di Gang Padang. Sedangkan kelenteng yang kedua akan menjadi tempat perhentian terakhir.

Masuk melalui gang, cukup merasakan bersenggol-senggolan sesama teman, pun penduduk sekitar yang melintas. Karena memang gang hanya cukup untuk kira-kira 2 orang. Lokasi kelenteng pun berada di depan jalan yang hanya memiliki lebar beberapa meter.

Memang awalnya kelenteng adalah rumah tinggal. Pendiri kelenteng yang kira-kira berusia 70 tahun ini, adalah Tung Djie Wie. Fotonya terpajang di salah satu altar kelenteng. Hingga saat ini, pengurus kelenteng adalah keturunannya yang kedua (cucu).

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Masjid Jami' Al Anwar di Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.
Kerukunan beragama di Jatinegara, tidak hanya menyimpan kelenteng bersejarah. Tetapi juga masjid bersejarah. Masjid Jami' Al Anwar yang berada di Rawa Bunga. Masji diperkirakan dibangun pada tahun 1859. Menurut pengelola masjid, Ustad Rasyid, masjid tersebut dibangun atas gotong royong 12 desa di sekitar masjid.

Cerminan gotong royong desa diwakilkan oleh 12 tiang yang ada di aula utama masjid. Tiang yang kini sudah berlapis tembok itu, ternyata di dalamnya masih mengandung kayu jati asli sejak masjid pertama kali dibangun.

Kurang lengkap apa yang dimiliki Jatinegara? Setelah tempat ibadah, Jatinegara juga punya sekolah bersejarah. Sekolah SMP Negeri 14 yang ada di seberang Pasar Jatinegara (Mester). Yang membuat sekolah ini tak biasa adalah bentuk bangunan art deco, dengan warna dominan merah bata. Sekolah ini diperkirakan dibangun antara tahun 1920 hingga 1930.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com