Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Kolosal Ribuan Penari Gandrung di Pantai Banyuwangi

Kompas.com - 22/11/2013, 13:44 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sebuah pertunjukan kolosal yang menampilkan ribuan penari gandrung dan pengiringnya di atas lautan pasir saat matahari mulai terbenam. Menyajikan pemandangan yang menyegarkan mata, ribuan penari berbusana warna merah menyala dengan balutan suasana sunset yang romantis.

Banyuwangi kembali menghadirkan agenda wisata memukau. Setelah perhelatan Banyuwangi Ethno Carnival, Batik Festival, Tour de Ijen, dan Banyuwangi Beach Jazz Festival, kini kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" bakal menghadirkan aksi Paju Gandrung Sewu di Pantai Boom, Sabtu (23/11/2013). Semua acara tersebut masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival yang digelar September-Desember 2013.

Akhir pekan ini, Pantai Boom, pantai yang berada di pesisir Selat Bali, dijadikan venue aksi kolosal sebanyak 1.053 pasang penari alias 2.106 penari dengan kostum dominasi warna merah yang akan membawakan tarian Gandrung. Pertunjukan kolosal ini diikuti penari Gandrung dari usia 9 tahun hingga 71 tahun dan dimulai pukul 14.30 WIB.

"Paju Gandrung Sewu ini merupakan sebuah pertunjukan yang menceritakan cuplikan cerita Gandrung yang berkembang di masyarakat. Parade penari ini akan memperkuat event atraksi wisata budaya di Banyuwangi setelah sebelumnya ada Banyuwangi Ethno Carnival bulan September lalu dan Festival Kuwung bulan Desember mendatang," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, di Banyuwangi, Jumat (22/11/2013).

Tahun lalu, aksi Gandrung Sewu juga digelar dengan penampilan sekitar seribu penari. Sewu sendiri dalam bahasa lokal berarti seribu. Tahun ini, aksi bakal dibikin makin seru dengan tambahan seribu penari pengiring atau biasa disebut "paju", sehingga total ada sekitar 2.000 penari. Sehingga pergelaran tahun ini disebut "Paju Gandrung Sewu".

Koordinator Panitia Paju Gandrung Sewu, Budianto, mengatakan, pertunjukan Tari Gandrung yang ada di masyarakat terdiri atas tiga segmen. Diawali dari Podo Nonton yang menampilkan tarian Jejer Gandrung, lalu Paju Gandrung, dan ditutup dengan Seblang Subuh. “Jejer Gandrung telah kita hadirkan seribu penari tahun lalu. Giliran tahun ini Paju-nya atau penari pengiringnya,” jelas Budianto.

Aksi Tari Gandrung kolosal dijadikan perhelatan khusus karena melibatkan interaksi dengan masyarakat, di mana Paju adalah para penonton pria yang ikut diajak menari. “Paju Gandrung sering dihadirkan saat masyarakat Using menggelar hajatan,” jelasnya. Using adalah suku asli Banyuwangi.

Paju Gandrung sewu ini diawali pemasangan sebuah kiling. Kiling adalah kincir angin yang dipasang di sawah untuk mengusir burung. Terbuat dari bambu yang tingginya bisa mencapai 10 meter. Setelah itu akan ditampilkan sebuah fragmen yang menceritakan perjalanan seorang penari Gandrung.

Fragmen ini dibawakan oleh puluhan gandrung dan paju profesional. Para penari Gandrung senior ini memulai fragmennya dengan memunculkan Seblang, lalu Gandrung Marsam (gandrung laki-laki). Pada awalnya, Gandrung adalah seorang laki-laki, lambat laun Gandrung berkembang dan lebih banyak dibawakan perempuan. Gandrung perempuan pertama adalah penari Gandrung Semi.

WWW.BANYUWANGIKAB.GO.ID Pantai Boom di Banyuwangi, Jawa Timur.
Dalam fragmen ini digambarkan penari gandrung akan menari hingga tengah malam, di mana para pengiring akan maju dan menari sambil memberi saweran kepada para penari. Kadang diselingi dengan suguhan minuman keras. Sehingga praktik ini membuat citra kesenian gandrung menjadi buruk.

“Terjadilah dialog bahwa praktik itu akan menghalangi perkembangan tari gandrung di masyarakat. Akhirnya mereka pun bersepakat bahwa gandrung tetap harus tumbuh di masyarakat dengan citra yang positif. Nah, muncullah ribuan penari gandrung,” jelas Budianto.

Acara ini menunjukkan bahwa gandrung masih tumbuh subur di masyarakat. Saat menarikan Paju Gandrung mereka akan diiringi gamelan Tembang Waru dan Embat-embat.

Selain 2.106 penari, pergelaran ini akan melibatkan sedikitnya 161 kru, termasuk di antaranya puluhan penabuh gamelan (wiyogo) dan pesinden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com