Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mi Tiau Bireuen, Dicari dan Diminati...

Kompas.com - 14/01/2014, 09:14 WIB
Kontributor Bireuen, Desi Safnita Saifan

Penulis

BIREUEN.KOMPAS.com — Satu lagi yang lezat, gurih dan mengenyangkan dari kuliner asal Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Mi tiau atau lebih dikenal sebagai kwetiau, sebuah makanan yang selama ini dikenal sebagai masakan China. Berbahan dasar tepung beras yang dibentuk menjadi mie persegi panjang, lantas diorak-arik dengan telur yang dilengkapi udang, baso, cumi maupun daging.

Selain populer, di Bireuen terbilang mudah menemukan warung yang menjual mi tiau—lazim disebut di Aceh—oleh penjual keturunan Tionghoa maupun penduduk pribumi. Harga juga relatif sama, yakni Rp 10.000 per saji mi tiau telur dan Rp 13.000 untuk sepiring mi tiau udang berukuran sedang.

Tak hanya warga setempat, pendatang dari luar Bireuen pun kerap memburu kuliner satu ini setiap singgah. Apalagi pada sore dan malam hari yang secara khusus rak-rak mi tiau ini beroperasi. Jejeran pembeli mulai dari bungkus sampai makan di tempat, membutuhkan waktu lama mengantre mendapatkan pesanan mereka.

Terdapat sedikitnya tiga warung pedagang tionghoa yang menyediakan mi tiau setiap harinya, seperti di Warung Aon, Riang dan Mawar Resto, ditambah beberapa pedagang lokal Aceh yang penjualan mi tiaunya tak kalah laris, yakni di Warkop Arie depan komplek terminal dan warung sederhana di kawasan Cot Keutapang.

Penuturan Hopheng, warga Medan, yang menyempatkan diri singgah ke Bireuen untuk menikmati mi tiau, rasa yang ditawarkan tak jauh beda dengan mi tiau asal Medan. “Kendati kwetiau ini terkenal paling enak di Medan, tapi punya Bireuen tetap saya rindukan setiap melintas ke Banda Aceh,” ungkapnya, Sabtu (11/1/2014).

Tak hanya legit, mi tiau atau kwetiau Bireuen memiliki citarasa dan aroma tersendiri yang menggugah selera pengunjung apalagi untuk mengganjal perut yang lapar. “Karena terbuat dari tepung beras, makan mi tiau ini cocok sebagai pengganti nasi yang kenyang dan sehat,” tambahnya.

Komentar senada diungkapkan rekannya, Paulus, pengusaha asal Medan. Jaminan halal merupakan perbedaan utama mi tiau asal Bireuen dengan Medan. “Walaupun rasa sedikit berbeda, tapi halal bagi warga muslim,” tambahnya.

Cut Raja, seorang pedagang mi tiau menyebutkan, resep dasar mi tersebut terbilang sederhana alias tak rumit. Kendati mahal, setara dengan harga jual yang diminati pelanggan. Yakni berbahan dasar kwetiau, daging ayam, telor, udang, tauge, sawi dan rempah-rempah bumbu giling.

“Asal semua bahan ditumis baik dan harum, tinggal dicampur dan ditambahkan udang sebagai pelengkap rasa,” ujar Cut.

Diakuinya, dalam sehari dia bisa menghabiskan hingga 15 kilogram mi tiau, bahkan meningkat pada hari-hari libur dan akhir pekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com