Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liverpool, Perjalanan Spiritual di "Kota Rock 'n' Goal"

Kompas.com - 09/02/2014, 09:30 WIB
BERBICARA mengenai Liverpool, Inggris, tak bisa dilepaskan dari dua hal: sepak bola dan musik. Dua hal itu menjadi passion warga kota yang dibelah Sungai Mersey ini. Kota ini pun sering dibanggakan sebagai ibu kota sepak bola Inggris dan ibu kota musik pop dunia.

Keyakinan sebagai ibu kota sepak bola karena dua klub kota ini, Liverpool FC dan Everton FC, mengumpulkan trofi terbanyak dibandingkan dengan kota-kota lain di Inggris. Kota ini menyimpan 27 gelar Liga Inggris, 5 gelar Liga Champions, 3 Piala UEFA, 1 Winner Cup, 12 Piala FA, dan 10 Piala Liga.

Meski saat ini kiblat prestasi sudah bergeser ke Manchester dan London, Liverpool masih satu-satunya kota Inggris yang menyimpan trofi asli Liga Champions karena salah satu klubnya meraih lima gelar paling bergengsi di Eropa itu.

Kota ini juga membanggakan diri sebagai ibu kota musik karena banyak musisi legendaris dari kota ini. Pada 2001, Guinness Book of World Record menjuluki kota ini sebagai ”Ibu Kota Musik Pop Dunia” karena banyak hit memuncaki tangga lagu dunia. Sejak 1953 ada 56 hit.

Berbicara soal sepak bola dan musik di Liverpool tentu tak bisa dilepaskan dari ”The Reds” Liverpool sebagai klub tersukses dan The Beatles meski banyak musisi lain dari kota ini, seperti Gerry and the Pacemaker, Billy Fury, Echo and the Bunnymen, Frankie Goes to Hollywood, dan lebih baru lagi Atomic Kitten.

Kota ini pun menawarkan kombinasi perjalanan keduanya dengan tur ke Stadion Anfield dan museum The Beatles Story yang dinamakan Rock ’n’ Goal Tour. Mengunjungi kedua tempat itu menjadi keharusan bagi penggemar The Reds dan The Beatles.

Anfield menjadi salah satu bangunan paling terkenal di Liverpool di tengah kemegahan arsitektur Victorian abad ke-19 yang mendominasi pusat kota. Mengelilingi stadion berkapasitas 45.000 orang ini, terpampang bagaimana sejarah tragedi dan kejayaan klub yang berdiri pada 1892 ini.

Pengunjung bisa mengintip ruangan yang menjadi akar kesuksesan Liverpool, boot room, meski tidak asli lagi. Ruangan kecil di salah satu area stadion itu dulu adalah tempat manajer dan asisten Liverpool akan duduk bersantai sambil minum teh, membicarakan taktik, strategi, dan pemain.

Saat Liga Primer dimulai pada awal 1990-an untuk memaksimalkan pendapatan dari siaran televisi, boot room dirobohkan pada 1993 untuk memberi area lebih luas untuk media. Saat berbicara kepada sejumlah suporter Liverpool, mereka percaya karena itulah klub ini tak pernah lagi memenangi Liga Inggris.

Di era manajer Rafael Benitez, boot room didirikan lagi pada 2008. Tempatnya berdampingan dengan ruang ganti yang di dindingnya tergantung kaus para pemain, mulai dari kiper Simon Mignolet, Steven Gerrard, hingga Luis Suarez dan Daniel Sturridge.

Namun, menyentuh plakat ”This Is Anfield” di atas lorong keluar menuju lapangan adalah pengalaman paling mendebarkan. Plakat itu dipasang pada era Shankly. Filosofinya agar pemain Liverpool ingat untuk siapa mereka bermain, dan peringatan kepada lawan siapa yang tengah mereka hadapi.

Selesai tur Anfield, perjalanan mengarungi sejarah band paling terkenal didapat di museum The Beatles Story. Museum ini terletak di kawasan Albert Dock yang menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO.

Sejarah band ditampilkan secara kronologis, mulai dari saat terbentuk hingga bubar. Para pengunjung akan mendapat headset dan satu perangkat elektronik yang berisi narasi suara mengenai Beatles oleh Julia, saudara perempuan Lennon. Lorong museum menyimpan berbagai memorabilia The Beatles, seperti gitar, jaket, artikel berita, dan foto-foto band ini.

KOMPAS/PRASETYO EKO PRIHANANTO Pengunjung tengah melihat-lihat koleksi museum The Beatles Story yang mengisahkan perjalanan kelompok band legendaris asal Liverpool, Inggris, di bawah asuhan John Lennon dan kawan-kawan. Terletak di kawasan Albert Dock, Liverpool L3, situs yang menjadi salah satu warisan dunia UNESCO ini menyimpan berbagai koleksi memorabilia The Beatles.
Salah satu ruangan bahkan tiruan dari Cavern Club tempat Lennon dan kawan-kawan tampil sebanyak 292 kali. Klub ini masih eksis hingga sekarang meski dalam bentuk rekonstruksi karena pernah dirobohkan pada 1973 dan dibangun lagi pada 1984. Juga ditampilkan bagaimana mereka saat masih manggung di klub di Hamburg.

Ditampilkan pula sejarah bagaimana kematian tragis pemain bas Stu Sutcliffe dan manajer Brian Epstein serta bagaimana pemain drum Pete Best digantikan Ringo Starr. Kemudian ada juga ruangan yang menggambarkan saat Beatlemania mulai melanda dunia. Pertemuan dengan Elvis Presley, tentang spiritualisme, dan eksperimentasi musik band ini pun ditampilkan. Perjalanan diakhiri dengan gambaran bubarnya grup ini.

Direktur The Beatles Story Martin King mengatakan, pengunjung museum ini berasal dari berbagai penjuru dunia.

”Semua orang menyukai The Beatles. Museum ini setidaknya dikunjungi 250.000 orang setiap tahun dan setiap tahun terus bertambah,” katanya.

Menurut Martin, mereka tidak kesulitan mendapatkan koleksi barang memorabilia The Beatles. Pasalnya, banyak kolektor barang peninggalan band ini dari seluruh dunia yang sukarela memajangkan koleksinya. ”Berbagai koleksi ada di sini, seperti gitar Harrison dan jaket John Lennon,” ujar Martin.

Perjalanan Rock ’n’ Goal ke Anfield dan The Beatles Story bagi fans The Reds dan The Beatles menjadi semacam perjalanan spiritual. (Prasetyo Eko P)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com