Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembukaan Kembali Wisata Borobudur Secara Bertahap

Kompas.com - 18/02/2014, 10:25 WIB
BOROBUDUR, KOMPAS.com - Pembukaan kembali wisata Candi Borobudur, Magelang, Jateng, pascahujan abu vulkanik Gunung Kelud secara bertahap untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung.

"Kami terus mengevaluasi keadaan. Nanti sore juga kami akan lakukan evaluasi, untuk memastikan kenyamanan pengunjung dan juga keamanan Candi Borobudur. Pembukaan akan kita lakukan secara bertahap, tidak bisa langsung pengunjung boleh naik sampai di zona I atau di candi," kata Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Laily Prihatiningtyas, di Borobudur, Senin (17/2/2014).

Tyas yang di dampingi Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur, Bambang Irianto mengatakan hal itu di sela koordinasi lapangan penanganan abu vulkanik Gunung Kelud yang menempel di Candi Borobudur dengan Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo di pojok tenggara pelataran zona I Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sejak hujan abu vulkanik turun di Candi Borobudur pada Jumat (14/2/2014) pagi, pihaknya menutup obyek wisata yang berupa bangunan peradaban dunia itu, untuk berbagai kegiatan kepariwisataan. Hal serupa juga ditempuh pengelola kepariwisataan setempat saat erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, akhir 2010.

"Penanganan kali ini dari hasil belajar menangani Borobudur saat erupsi Merapi akhir 2010. Kami juga berkoordinasi terus dan bekerja sama dengan Balai Konservasi Borobudur untuk penanganan abu Gunung Kelud ini," katanya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Wisatawan asing melintas di depan pagar Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (14/2/2014). Objek wisata tersebut ditutup akibat guyuran abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud pada Kamis lalu sekitar pukul 23.00. Letusan gunung membuat beberapa daerah tertimpa hujan kerikil dan abu vulkanik.
Jika dinilai sudah memungkinkan, menurut Tyas, kegiatan kepariwisataan Candi Borobudur segera dibuka kembali, meskipun dalam area terbatas.

"Karena keadaan ini juga menjadi bagian dari pendidikan kepada masyarakat luas, terutama tentang misi pelestarian. Jadi tetap kami buka kesempatan wisatawan untuk menyaksikan keadaan Candi Borobudur yang tertimpa abu Gunung Kelud, meskipun dari area tertentu yang aman dan nyaman, yang akan kami tentukan segera," katanya.

Pada hari biasa, jumlah pengunjung Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke-8 masa Dinasti Syailendra itu, antara 3.000-4.000 orang. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu antara 4.000-5.000 orang, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur mulai dibersihkan dari abu vulkanik Gunung Kelud sejak Jumat (14/2/2014) siang hingga saat ini.

Selain itu, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko juga membuka dapur umum untuk menyiapkan logistik para personel yang membersihkan Candi Borobudur dari abu vulkanik Gunung Kelud.

"Barangkali nanti kalau zona II, di Taman Wisata (TWCB) sudah bersih dari abu, wisatawan bisa menyaksikan Candi Borobudur dari tempat itu terlebih dahulu, tetapi belum boleh naik ke zona I atau naik ke candi kalau memang belum memungkinkan," kata Tyas.

Marsis mengatakan pembersihan Candi Borobudur dari abu vulkanik dengan menggunakan cara kering, butuh waktu sekitar 10 hari, untuk kemudian dilanjutkan dengan cara basah sekitar empat hari.

KOMPAS.com/IKA FITRIANA Sejumlah relawan sedang membersihkan abu Gunung Kelud yang menempel di batu-batu Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (17/2/2014).
Ketebalan abu vulkanik Gunung Kelud yang menempal di batuan candi yang berada di antara aliran Kali Elo dengan Progo, Kabupaten Magelang itu mencapai tiga milimeter.

Pada Senin, sekitar 260 personel berasal dari berbagai instansi dan masyarakat pariwisata kawasan Candi Borobudur bersama-sama membersihkan candi itu dari abu vulkanik Gunung Kelud dengan menggunakan berbagai peralatan yang tidak mengakibatkan kerusakan batuan candi tersebut.

"Penanganannya dari abu vulkanik menggunakan standar tertentu, agar tidak merusak batuan candi," tambah Marsis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com