Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Eropa Terus Digarap

Kompas.com - 10/03/2014, 08:38 WIB

BERLIN, KOMPAS.com - Eropa tetap menjadi salah satu pasar wisata andalan Indonesia. Untuk itu, perlu terus digarap secara serius dan berkesinambungan.  Salah satu cara mempertahankan keseriusan dan kesinambungan ialah dengan tetap berpromosi dalam bursa-bursa wisata di Eropa. Misalnya, keikutsertaan ke-48 di Bursa Pariwisata Internasional atau Internationale Tourismus-Borse (ITB) Berlin 2014 pada 5-9 Maret di Berlin, Jerman.

Di sela waktu pelaksanaan bursa di Messe Berlin, Jerman, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan, Indonesia mempromosikan "Wonderfull Indonesia as Journey to the World's Heart of Wonders". Artinya, berwisata ke Indonesia merupakan perjalanan ke pusat-pusat keajaiban dunia.

Indonesia pemilik keberagaman hayati terbanyak kedua dunia. Buktinya, dari seluruh spesies dunia, 16 persen reptil dan amfibi, 35 persen primata, 17 persen burung, dan 12 persen mamalia dimiliki Indonesia. Ada juga reptil purba komodo yang tiada duanya. Seluas 59 persen daratan adalah hutan tropis yang setara 10 persen luas hutan dunia.

Indonesia memiliki delapan warisan dunia yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Indonesia juga pemilik candi Buddha terbesar di dunia.

Sapta mengatakan, Eropa tetap dipandang penting sebab kunjungan turisnya lumayan. Kurun 2013, tercatat 836.834 turis Eropa berkunjung ke Indonesia. Jumlah itu hampir 10 persen dari 8,802 juta turis asing yang berlibur ke Indonesia tahun lalu. Total kunjungan turis asing tahun lalu naik 9,42 persen dibandingkan 2012. Persentase kenaikan itu hampir dua kali lipat daripada rata-rata kenaikan kunjungan wisata antarnegara di dunia yang 5 persen. Kunjungan wisatawan mancanegara menyumbang pendapatan senilai 10,054 miliar dollar AS.

Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty menambahkan, rata-rata turis Eropa menghabiskan waktu 14 hari saat berkunjung ke Indonesia. Turis Eropa relatif lebih lama berwisata ke Indonesia dibandingkan dengan turis Asia dan Amerika.

Esthy juga mengatakan, untuk turis Jerman yang berkunjung ke Indonesia ternyata meningkat. Pada 2012 ada 152.401 turis Jerman ke Indonesia. Pada 2013 meningkat jadi 167.340 turis atau naik 9,86 persen. "Keikutsertaan di ITB Berlin tetap penting untuk promosi yang berkesinambungan," katanya.

Duta Besar Indonesia untuk Jerman Fauzi Bowo mengatakan, potensi wisata Eropa termasuk Jerman memang harus terus digarap serius. "Pariwisata menjadi kunci untuk peningkatan devisa yang berkesinambungan," katanya.

Data ITB Berlin menunjukkan orang Jerman menggunakan hampir 64 juta euro untuk perjalanan wisata. Nilai itu meningkat 2,2 persen dibandingkan 2008 (62 juta euro). Destinasi yang paling populer bagi warga Jerman adalah negara-negara Mediterania, seperti Turki dan Spanyol untuk jarak menengah. Untuk destinasi jarak jauh, warga Jerman tertarik ke Asia Tenggara antara lain Thailand dan Indonesia.

Dalam pameran kali ini, ide dasar desain paviliun Indonesia diambil dari Phinisi, kapal kayu dari Sulawesi Selatan. Paviliun berada di Hall 26 A dengan 2 booth. Satu booth seluas 410 meter per segi untuk para delegasi dari pemerintah dan pelaku dan badan promosi pariwisata serta satu booth seluas 66 meter per segi untuk spa dan kuliner.

Dalam pameran ini, strategi pemasaran masih mengadopsi tahun lalu yang berpijak pada kombinasi angka 16-7-16. Indonesia menargetkan 16 pasar utama yakni Asia-Amerika-Eropa. Selain itu, Indonesia menawarkan tujuh jenis wisata minat khusus yakni kebudayaan, alam, rekreasi olahraga, pelayaran, kuliner dan belanja, kesehatan (spa), dan MICE. Untuk destinasi, Indonesia memasarkan 16 tujuan wisata di luar Bali. (Ambrosius Harto, Wartawan Kompas dari ITB Berlin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com