Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Pariwisata Indonesia Masih Menjanjikan

Kompas.com - 10/03/2014, 13:37 WIB

BERLIN, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menyatakan pasar kepariwisataan Indonesia amat menjanjikan keberhasilan bagi investasi mancanegara. Tahun lalu, ekonomi Amerika dan Eropa cuma mampu tumbuh 1 persen. Namun, ekonomi Asia terutama di Indonesia tumbuh 6 persen, ekonomi China tumbuh 7 persen, dan ekonomi India tumbuh 5 persen.

"Indonesia, China, dan India adalah pusat pertumbuhan ekonomi di masa depan," kata Sapta saat berbincang di sela keikutsertaan Indonesia di Bursa Pariwisata Internasional atau Internationale Tourismus-Borse (ITB) Berlin 2014 yang berlangsung 5-9 Maret di Jerman.

Menurut Sapta, Indonesia berpenduduk 250 juta jiwa atau urutan ketiga negara berpopulasi terbanyak di Asia. Masyarakat ekonomi menengah sampai elit terus tumbuh. Dengan demikian, ada kebutuhan yang perlu dipenuhi termasuk berpelancong ke pelosok negeri bahkan mancanegara.

Jumlah pergerakan wisatawan domestik sekitar 250 juta. Setiap pelancong dalam negeri rata-rata menghabiskan 75-100 dollar AS untuk satu kali kunjungan ke obyek wisata di nusantara. Di sisi lain, Indonesia juga dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Pada 2013, ada 8,7 juta turis asing ke nusantara. Pada 2014, diperkirakan naik jadi 9,4 juta turis asing datang ke Indonesia. Setiap turis asing rata-rata menghabiskan 1.200 dollar AS untuk satu kali kunjungan ke nusantara.

Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Firmansyah Rahim dan Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty menambahkan, ada 100 obyek wisata berkeindahan yang seakan tersembunyi atau belum banyak diketahui publik.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO Tari Galenyek dari Sumatera Barat membuka penampilan delegasi Indonesia di hari terakhir Bursa Pariwisata Internasional atau ITB Berlin 2014 di Berlin, Jerman, Minggu (9/3/2014).

Untuk menggaungkan dan mengenalkan potensi wisata Indonesia guna menarik lebih banyak turis mancanegara, Indonesia terus berpartisipasi dalam ITB Berlin. Adapun bursa ini adalah yang terbesar di dunia. ITB berlangsung 5-9 Maret 2014. Indonesia sudah ikut serta di ITB yang diikuti sekitar 11.000 pelaku bisnis pariwisata dari 188 negara kurun 47 penyelenggaraan terakhir.

Menurut Esthy, di ITB inilah, potensi Indonesia akan terus dioptimalkan. Sebagai gambaran, pada ITB 2013 tercatat transaksi untuk pariwisata Indonesia senilai Rp 2,1 triliun. ITB 2014 diharapkan mendongkrak kenaikan transaksi pariwisata jadi Rp 2,3 triliun (naik 10-15 persen).

Negara Stabil

Di sisi lain, sosial politik Indonesia relatif stabil. Dalam politik, pemilihan umum dengan sistem baru yakni memilih bupati, wali kota, gubernur, dan presiden secara langsung (2004 dan 2009) terbilang sukses. Konflik masih ada di beberapa tempat tetapi bisa diatasi. Pemerintah Indonesia berkomitmen tinggi memberantas korupsi. Pemerintah juga terus memperbaiki diri dalam pelayanan publik dan pembangunan prasarana termasuk di sektor pariwisata.

Pelbagai kondisi itulah yang kemudian menarik penanam modal mencoba peruntungan dengan membangun hotel-hotel baru. Misalnya seperti diutarakan oleh President Carlson Rezidor Hotel Group Asia Pacific Simon Barlow dan CEO Panorama Group Budi Tirtawisata bahwa kedua pihak sepakat bekerja sama membangun 20 hotel senilai 250 juta dollar AS dalam 5-7 tahun.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Gili Trawangan, Lombok, NTB.

Tahun ini, sedang dibangun hotel di Batam, Lampung, Bali, dan Makassar. Tahun depan akan dibangun 8 hotel yang di antaranya di Medan, Palembang, Jakarta, dan Lombok. "Saya percaya, potensi pariwisata Indonesia sungguh menjanjikan dan menggiurkan," kata Simon

Carlson Rezidor memiliki 1.350 hotel di seluruh dunia. Kelompok ini pernah ada di Indonesia lewat Radison Hotel (1993-2003). Namun, akibat krisis ekonomi, kelompok ini keluar. Saat ini, Carlson Rezidor mencoba peruntungan kembali ke Indonesia dengan menggandeng Panorama Group untuk investasi di perhotelan. "Ini menjadi bukti bahwa Indonesia sangat potensial," kata Budi. (Ambrosius Harto, wartawan Kompas dari Berlin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com