Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Surga, Tak Semua Indah

Kompas.com - 11/03/2014, 14:23 WIB
BANYAK yang bilang, Bali laksana surga dunia: kesenangan, keramahan, dan keindahannya. Semua gambaran indah-indah itu membawa Bali menjadi surga pariwisata. Tak sedikit wisatawan asing ataupun domestik lebih dari sekali berkunjung ke Bali. Namun, jangan salah, Bali juga sama dengan provinsi lain. Tak semua keindahan itu milik Bali.

Tahun 2013, Provinsi Bali mencatatkan angka kemiskinan 3,95 persen atau sekitar 162.500 orang dari total penduduk yang mendekati 4 juta jiwa itu. Angka ini memang menurun dalam lima tahun terakhir (5,13 persen atau 181.700 orang pada tahun 2009). Ini merupakan provinsi dengan angka kemiskinan terendah setelah DKI Jakarta.

Namun, bagi Gubernur Bali Made Mangku Pastika, angka itu merupakan aib. Ia pun memajang foto salah satu keluarga termiskin di Bali dan membingkainya besar-besar di salah satu dinding ruang kerjanya.

”Miris rasanya. Bali adalah ’Pulau Surga’. Surga yang mana? Surga, kok, masih banyak warga miskinnya, masih ada yang tidak makan sehari tiga kali, masih ada yang tidak bisa sekolah, masih ada yang sakit-sakitan tak bisa membayar ongkos rumah sakit, masih ada yang rumahnya gubuk reyot. Karena itu, kami masih mengedepankan dan mencari model pemberantasan kemiskinan yang pas dan sesuai dengan masyarakat Bali, agar cepat tercapai kesejahteraannya melalui program Bali Mandara,” tutur Pastika, akhir Februari.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Para penari Adimerdangga dari Gianyar menyemarakkan upacara Peletakan Batu Pertama Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bukit Ungasan, Bali, Jumat (23/8/2013). Rencananya, dalam tiga tahun ke depan di tempat tersebut akan berdiri sebuah monumen yang memiliki ketinggian 126 meter dan lebar 64 meter.
Ia tak menyalahkan pariwisata yang diduga menjadi salah satu pemicu ketimpangan Bali bagian utara, timur, dan barat dengan bagian selatan. Bali selatan begitu modern dan gemerlap dibandingkan dengan wilayah lain yang sepi pembangunan, khususnya di bidang pariwisata.

Menurut Pastika, dirinya berharap kabupaten di bagian selatan (Badung, Denpasar, Gianyar) bisa mengontrol gemerlapnya pembangunan yang alasannya mendukung pariwisata. Ia percaya banyak lembaga dan badan yang mengurus pariwisata Bali. Itu sebabnya, ia memilih fokus pada pemberantasan kemiskinan terlebih dahulu karena persoalan Bali masih banyak, seperti alih fungsi lahan dampak pertambahan penduduk.

Bali Mandara merupakan program Bali menuju aman, damai, dan sejahtera yang dekat dengan memberantas kemiskinan, membuka peluang kerja, memperkuat pertanian, hingga meningkatkan pendapatan masyarakat. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat rata-rata pendapatan masyarakat Bali sekitar Rp 20 juta per tahun. Pastika mengatakan, angka ini semu karena masih ada warga yang berpendapatan kurang dari Rp 10 juta per tahun.

KOMPAS.COM/NI LUH MADE PERTIWI F Taman Ujung di Karangasem, Bali.
Pastika menambahkan, sumbangan devisa dari Bali yang mengalir ke pusat mencapai sekitar Rp 41 triliun. Namun, Bali hanya mendapatkan pengembalian sekitar Rp 900 miliar.

”Kami membutuhkan banyak pembangunan. Tidak gampang mempertahankan keindahan yang disebut-sebut ’Pulau Surga’ ini di Bali. Kami mengandalkan pariwisata dan pertanian. Kami kira, kami masih layak untuk meminta agar pemerintah pusat menambah porsi pengembalian dari sumber devisa yang disetorkan sekitar Rp 41 triliun itu. Paling tidak, kami mendapatkan sedikitnya 10 persen atau sekitar Rp 5 triliun,” tutur Pastika.

Mengenai infrastruktur, Bali bisa dikatakan lumayan baik. Apalagi, menjelang perhelatan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) akhir tahun 2013, pusat begitu mendukung pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol di atas perairan serta jalan underpass.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI Seorang wisatawan asing berkeliling menikmati keindahan Pura Taman Ayun, Kabupaten Badung, Bali, akhir Agustus 2012. Selain pengunjung yang ingin bersembahyang, pengunjung lain hanya bisa menikmati keindahan pura dari luar pagar. Pura ini dibangun pada abad ke-17 oleh Raja Mengwi Tjokorda Sakti Blambangan dan menjadi bagian dari Warisan Budaya Dunia.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana I Made Sendra mengatakan, pemerintah pusat perlu memperhatikan pariwisata Bali. Menurut dia, suka atau tidak suka, Bali memiliki kontribusi besar terhadap industri pariwisata Indonesia. ”Jadi, kami berharap Bali tak dijadikan seperti sapi perahan saja untuk pariwisata. Banyak hal pemerintah pusat perlu membantu masyarakat Bali, antara lain membantu dalam pembinaan ekonomi kreatif,” katanya.

Pariwisata, lanjutnya, untuk sekarang ini memerlukan usaha kreatif dan ini penting sebagai alternatif bagi wisatawan. Menurut dia, Bali masih memerlukan pemikiran-pemikiran kreatif demi keberlanjutan pariwisata Bali yang memasuki masa jenuh. Beberapa wisatawan menilai obyek yang disajikan Bali masih kurang berwarna.

Karena itu, ia mendukung jika pemerintah pusat mampu membantu pembinaan desa-desa wisata, seperti yang tengah diprogramkan melalui Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. ”Hanya saja, pusat juga harus tetap berkonsultasi dengan pemerintah daerah serta tokoh-tokoh di Bali,” ujar Sendra.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI Ratusan wisatawan domestik dan asing menikmati pesona sekitar Pura Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, awal Juni 2012. Obyek ini menjadi salah satu unggulan Pulau Dewata setelah Pantai Kuta di Kabupaten Badung karena letaknya juga berdekatan. Rona tenggelamnya matahari menjadi pemandangan tak terlupakan di Tanah Lot.
Sementara secara politik, Bali juga patut diperhatikan pemerintah pusat. ”Jumlah pemilih di Bali memang relatif kecil. Namun, secara geopolitik, Bali memiliki posisi strategis dan menjadi perhatian karena Bali adalah pintu gerbang pencitraan Indonesia secara internasional,” kata pengamat sosial politik di Bali, AA Oka Wisnumurti.

Pastika berharap pemimpin nasional mendatang turut memperhatikan ketimpangan pembangunan di Bali. Ia juga berharap pemerintah pusat membantu pemerintah daerah menuntaskan persoalan ketidakmerataan pembangunan. ”Agar Bali benar-benar menjadi surganya Indonesia dan dunia yang tak hanya semu,” kata Pastika. (Ayu Sulistyowati/Cokorda Yudistira)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com