Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2014, 17:47 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

SUNYI menggelayut seiring mentari merekah. Jalanan kosong tanpa satu pun kendaraan bermotor lewat. Pun, tak ada bunyi pesawat memecah langit. Lalu lalang orang sibuk kerja atau sekadar aktivitas menjadi kenangan di hari kemarin. Suara-suara gaduh yang biasa mengisi pagi pun tak hadir.

Semua begitu sepi. Suara-suara alam yang biasanya kalah oleh kebisingan manusia, kali ini menjadi pemenang. Deru ombak yang terdengar syahdu sampai burung-burung berkicau riang.

Ketika matahari mulai memeluk cakrawala, suasana sepi makin terasa. Di malam hari, kegelapan meraja. Tak ada satu pun penerangan yang nyala. Gelap karena lampu dan api tidak boleh nyala.

Saking gelap, langit malam malah menampilkan momen terindah dengan bintang-bintang bertaburan. Tentu jika cuaca sedang cerah dan tak banyak awan.

Dalam malam yang benar-benar gelap dan hanya suara alam yang hadir, sepi menjadi teman. Ketika sunyi merangkul sukma, ada perasaan tenang yang hadir.

Tak heran, Bali di kala Nyepi malah mampu menjadi daya tarik tersendiri. Selama 24 jam penuh sejak matahari terbit, Bali ibarat kota mati tanpa aktivitas keramaian. Tahun ini, Nyepi jatuh pada 31 Maret 2014.

Nyepi yang hanya terjadi satu tahun sekali itu merupakan perayaan menyambut tahun baru Saka. Tetapi berbeda dengan tahun baru masehi yang dirayakan dengan gegap gempita, tahun baru Saka disambut sebaliknya.

KOMPAS.com/ Yatimul Ainun Umat Hindu di Kabupaten Malang, saat prosesi melasti di pantai Balekambang, Kabupaten Malang, Sabtu (09/03/2013)
Saat Nyepi, umat Hindu melakukan tapa brata penyepian atau empat pantangan. Keempatnya antara lain amati karya, amati lelungan, amati geni, amati lelanguan.

Amati karya berarti tidak bekerja atau melakukan kegiatan. Amati lelungan adalah tidak bepergian. Sementara amati geni berarti tidak menyalakan api. Amati lelanguan adalah tidak bersenang-senang atau mencari hiburan.

Daya tarik wisata

Dulu, jelang Nyepi merupakan masa yang dihindari wisatawan yang merencanakan pelesir di Bali. Ada perubahan beberapa tahun belakangan, turis terutama turis asing malah sengaja datang saat Nyepi.

Ini menjadi momen tepat untuk merenung, sekedar melakukan meditasi dan yoga. Lalu berusaha menyatu dengan alam. Turis asing pun datang untuk bisa merasakan satu hari penuh tanpa listrik, dalam kegelapan dan keheningan.

Sebuah momen langka, satu-satunya di dunia dan hanya terjadi di Bali. Beberapa hotel pun melirik hal ini dengan membuat paket wisata Nyepi. Umumnya paket berupa menginap, sarapan, makan siang, dan makan malam.

Walau begitu, tidak seperti umat Hindu di Bali, turis-turis diperkenankan melakukan aktivitas namun terbatas di lingkungan hotel. Hanya saja, tak jarang yang akhirnya memilih untuk mengisi hari Nyepi dengan meditasi dan yoga, memanfaatkan suasana sepi yang berlangsung.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pawai ogoh-ogoh di kawasan Kuta Bali.
Untuk menikmat Nyepi sebagai daya tarik wisata, turis harus berada di Bali beberapa hari sebelum Nyepi. Sebab, ada rangkaian Nyepi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com