"Kami masih membuka diri dari berbagai pihak untuk mempresentasikan hasil studi kelayakannnya sehingga nantinya dapat direkomendasikan lokasi yang terbaik," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat memimpin rapat pembahasan pembangunan Bandara Bali utara, di Denpasar, Kamis (3/4/2014).
Gubernur Bali masih ingin mendengarkan presentasi dari banyak pihak sehingga bisa diperoleh kejelasan berbagai aspek selain lokasi seperti besaran biayanya, siapa yang akan mengerjakan dan mengoperasionalkan, apa yang bisa diperoleh Pemprov Bali serta nantinya bandara itu akan menjadi milik siapa.
"Jadi jangan sampai belakangan baru ribut. Harus jelas sejak awal dalam hal memberikan rekomendasi karena nanti izin dan segala macam dari pusat, yang dari provinsi itu adalah rekomendasi," katanya pada acara yang diisi dengan presentasi salah satu konsultan pembangunan Bandara Buleleng dari PT Pembangunan Bali Mandiri itu.
Pastika menegaskan, bandara di kabupaten paling utara Bali itu harus jadi dan itu tentunya memerlukan usaha dan upaya, termasuk untuk membuat masyarakat Bali mengerti pentingnya keberadaan bandara tersebut. "Jangan hanya orang Buleleng saja dibuat mengerti, tetapi harus semua masyarakat Bali," ucapnya.
"Jaringan bisnisnya juga harus kuat, harus ada jaringan yang bisa 'memaksa' wisatawan untuk ke Bali dan dipikirkan fasilitas penunjang di sekitar bandara. Pemkab Buleleng harus pintar memutar otak karena untuk mendatangkan penumpang itu tidak gampang," ujarnya.
Pemprov Bali pada 7 April 2014 juga berencana mendengarkan presentasi salah satu konsultan dari Kanada yang tertarik untuk membangun bandara di Buleleng.
Sementara itu Direktur Utama PT Pembangunan Bali Mandiri, Nur Hasan Ahmad, mengatakan bahwa presentasi kali ini merupakan penyempurnaan hasil studi kelayakan yang sebelumnya telah dilakukan pada 2011, lalu disempurnakan pada 2013. Dari survei dan studi kelayakan yang dilakukan pihaknya, daerah Kubutambahan lah yang terbaik.
Ada banyak perbaikan terutama di bidang sosial budaya masyarakat dan hasil studi kelayakan kali ini lebih mengutamakan nilai-nilai budaya dan agama setempat, seperti tidak mengganggu pura maupun kuburan, tidak sampai merelokasi warga, bahkan pembebasan lahan sangat sedikit, hanya beberapa hektare sawah karena menggunakan lahan nonproduktif di Kubutambahan.
"Kami bukan investor, tetapi hanya melakukan penelitian dan memaparkan kepada kepala daerah, jika sudah dianggap layak, maka akan dibuka proses tender kepada investor, dan tentu saja proses tender ini akan transparan kepada masyarakat dan pemerintah sehingga masyarakat dan pemerintah tahu keuntungan yang akan didapatnya dari pembangunan bandara itu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.