Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Swasta Berjuang

Kompas.com - 24/04/2014, 08:58 WIB
JAKARTA, KOMPAS —  Andil museum swasta dalam melengkapi museum pemerintah sangat besar. Begitu pula perannya dalam menghidupkan serta memuliakan kebudayaan sehingga patut diapresiasi dan didukung. Di sisi lain, museum- museum itu juga berjuang menghidupi diri.

Jumlah museum swasta justru lebih banyak dari museum pemerintah. Dari total 300 museum di Indonesia, milik pemerintah pusat hanya 5 unit, milik pemerintah provinsi 25 unit, dan museum pemerintah kota/kabupaten 100-an unit. Selebihnya merupakan museum swasta.

”Peran museum swasta sangat penting bagi pengembangan kebudayaan, dari segi sejarah dan pendidikan. Pemerintah seharusnya juga menyokong museum-museum swasta ini,” kata Ketua Umum Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali, yang kerap mengunjungi museum-museum di Indonesia.

Museum Layang-layang di Jalan Haji Kamang, Jakarta Selatan, merupakan salah satu museum swasta yang sejak didirikan pada 2003 ramai pengunjung. Museum itu harus bekerja keras menghidupi dirinya, termasuk menggaji para karyawan museum.

”Kami berjuang mendatangkan pengunjung. Kalau hanya memamerkan layang-layang, ya, orang enggak tertarik. Saya bikin workshop (lokakarya), lalu membuat film dokumenter tentang layang-layang. Jadi, orang tahu layang-layang yang dalam hal bentuk saja sangat beragam. Dari segi sejarah, fungsi sosial dan budaya, antropologi, serta keagamaan juga sarat makna,” papar pemilik museum Layang-Layang, Endang Ernawati, Selasa (22/4/2014).

Ciptakan acara

Endang masih ingat, dua tahun pertama museum didirikan, pengunjung masih sepi. Endang memutar otak. Selain membuka lokakarya layang-layang, Endang menggelar festival serta kegiatan lain. Dia bekerja sama dengan dinas kebudayaan dan lembaga-lembaga lain.

”Saya punya kemauan untuk melestarikan layang-layang ini. Ini kekayaan budaya kita,” ujar Endang, yang sejak 25 tahun lalu bekerja sama dengan beberapa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Harga tiket masuk museum itu Rp 10.000 per orang, termasuk lokakarya membuat layang-layang. Museum menyediakan pemandu, tetapi tidak dipatok biaya tertentu. Museum seluas hampir 2.000 meter persegi itu juga terkadang disewakan untuk acara, seperti pernikahan. ”Kalau tidak kreatif membuat kegiatan, bagaimana bisa kami membayar karyawan. Kami tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah dan tidak money oriented,” tutur Endang.

Sejarah untuk anak

Museum swasta yang juga menarik perhatian masyarakat ialah Ullen Sentalu di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum itu didirikan keluarga Haryono dengan dukungan sesepuh dinasti Mataram dan diresmikan oleh Pakualaman VIII pada 1 Maret 1997. Koleksi Ullen Sentalu berupa benda-benda bersejarah, termasuk foto-foto yang menceritakan sejarah Keraton Yogyakarta dan Surakarta.

KOMPAS.COM/TRI WAHYUNI Museum Bank Mandiri yang ramai pengunjung pada akhir pekan.
Ayu Ari, warga Bali, sangat tertarik dengan Ullen Sentalu hingga beberapa kali datang. ”Sekarang saya datang lagi mengajak anak-anak saya,” kata ibu lima anak itu. Bagi Ayu Ari, sejarah masa lalu kerajaan-kerajaan di Indonesia sangat menarik untuk diceritakan kembali, terutama kepada anak-anak. ”Bali juga kental dengan tradisi keraton, mirip-miriplah dengan Yogyakarta,” ujarnya.

Museum Bank Mandiri yang berlokasi di kawasan Kota Tua Jakarta selalu membuat kegiatan secara berkala demi menjaga minat pengunjung. ”Kami bekerja sama dengan komunitas untuk menggaet pengunjung. Menjual cerita tentang bank tidak gampang, jadi kami terus berinovasi menghidupkan museum,” ujar Kartum Setiawan dari bagian Edukasi dan Pengembangan Museum Bank Mandiri.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harry Widianto mengungkapkan, pemerintah selalu mendukung museum swasta. ”56 persen dana direktorat kami diserahkan ke pemerintah daerah (dinas) untuk membantu revitalisasi cagar budaya serta museum,” kata Harry. Dia mempersilakan pemerintah provinsi membantu museum swasta. Hanya, dana terbatas. Jadi, tidak semua museum bisa dibantu dalam waktu bersamaan. (IVV)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com