Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rupa-rupa Tenun Ikat NTT

Kompas.com - 22/05/2014, 13:57 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com – Ina Ndao, sebuah sentra tenun ikat di Kota Kupang siang itu, Senin (12/5/2014) terlihat lengang. Ina Ndao berlokasi di Jl Kebun Raja II, Naikoten I, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sentra tenun ikat ini bukanlah tempat yang strategis karena tak berada di jalan besar, tetapi bila musim libur ataupun akhir pekan biasanya tempat ini kebanjiran pengunjung.

Yus Lussi, salah satu pemiliknya menyambut kami sambil mempersilahkan masuk tak lupa ia mengalungkan syal berbahan dasar tenun pada kami. “Silakan masuk, di dalam tempat biasa para perajin membuat kain,” ungkapnya. Dari depan tokonya ini, terlihat hamparan beratus-ratus kain tenun. Tak hanya itu, terdapat pakaian jadi, sandal, syal dan berbagai kerajinan dari tenun.

Belum sempat kami melihat-lihat sekeliling tokonya, kami dibimbing ke dalam. Di sana, setidaknya ada lima orang perajin yang tengah menenun. Satu orang sedang melanjutkan tenunannya yang bermotif Rote, cirinya adalah dasar warna hitam. Dua orang lainnya sibuk memulai untuk tenun baru dengan motif Timor. “Yang ini Timor, terlihat dari warna-warnanya yang terang,” ujar Yus. Sedang dua orang lainnya masih sibuk memilih-milih warna benang, kami belum tahu motif tenun dari mana yang akan mereka buat.

Tenun NTT memang memiliki banyak ragam, ya istimewa menurut Yus karena tiap Kabupatennya memiliki ciri khas. “Saat ini NTT memiliki 21 kabupaten, tiap kabupaten saja memiliki beberapa motif. Paling yang membuat kita bisa mencirikan dari kabupaten mana asalnya, hanya warna dominannya saja,” ujarnya kembali.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Beberapa Tenun Ikat yang dijual di Ina Ndao

Mata Yus kemudian sibuk mencari-cari kain tenun yang bisa dicontohkan pada kami. “Ini contohnya, ini dari Sumba,” tukasnya. Tenun Sumba memiliki corak menarik, dari dekat terlihat motifnya bisa dibilang etnik. Menurutnya, tenun merepresentasikan penduduk di Kabupaten tersebut. Dari tenun Sumba misalnya, terdapat nilai-nilai religius. Motif kuda melambangkan kebanggaan, kekuatan dan keberanian.  Untuk motif ayam melambangkan kehidupan wanita ketika berumah tangga.

Motif dan warna tertentu dalam tenun Sumba juga menunjukkan strata sosial pemakainya. Pada dasarnya, di Sumba, kain tenun dipakai pada upacara adat sebagai lambang penghargaan terhadap suku yang diharapkan dapat menghindarkan mereka dari bencana, roh-roh jahat dan hal-hal buruk lainnya.

Dua kain tenun ditunjukkannya, warnanya menyerupai warna tanah. “Kain Sumba menggunakan bahan-bahan alami untuk pewarnaan, bisa dari daun dan akar-akaran, karena dengan warna alami ini membuat kain tenun Sumba semakin lama semakin bagus dan tidak pudar,” tuturnya.

Maka wajarlah harganya menjulang. Yus memberi harga pada kain cantik itu Rp 3.000.000. Bukan hanya motif Sumba saja yang bisa mahal, menurutnya ada beberapa hal penting yang bisa menjadi ukuran harga tenun. Kerumitan motif dan banyaknya warna biasanya menjadi dasar ia memberikan harga. Untuk itulah harga beragam mulai dari syal yang dihargai Rp 15.000 hingga kain-kain ukuran 2 meter yang harganya bisa mencapai Rp. 3.000.000.

Motif Sumba yang ia jelaskan saja belum cukup, Yus mengajak kami kembali ke depan. Diperlihatkannya pula berbagai macam tenun Rote. “Dasarnya hitam, ini ciri khasnya Rote,” katanya. Tenun Rote tak kalah menarik. Dasarnya yang hitam menggambarkan kerasnya masyarakat Rote. Keras berarti memiliki prinsip yang kuat, sedang warna merah yang biasa dipakai juga menggambarkan keberanian.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Salah satu tenun ikat yang sedang menjadi favorit tahun 2014, motif Timor di Ina Ndao

Di luar NTT, tenun memang menjadi incaran banyak orang. Maka tak heran kalau akhir pekan Ina Ndao banyak dikunjungi orang, bahkan pada waktu-waktu tertentu tak jarang banjir pemesan dari luar kota ataupun luar negeri.

“Mulai dari orang biasa, wisatawan yang mampir, desainer hingga ibu-ibu pejabat memburu tenun,” katanya.

Yang dipesan biasanya adalah motif yang menjadi favorit tahun itu. “Tahun lalu misalnya Rote banyak dipesan, kalau tahun ini cenderung berwarna jadi orang-orang banyak ke sini atau banyak memesan tenun Timor,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com