"Di Bali masih banyak orang miskin, masih banyak program bedah rumah, Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), beasiswa miskin, dan sebagainya yang harus dijalankan," katanya di Denpasar, Selasa (27/5/2014).
Dia berpandangan bahwa promosi pariwisata dengan membawa rombongan maupun duta kesenian beramai-ramai ke luar negeri itu kurang efektif karena yang menonton di sana juga kebanyakan warga negara Indonesia (WNI). Jauh lebih efektif kalau wisatawan asing didatangkan ke Bali selanjutnya promosi dari mulut ke mulut.
Caranya, menurut Pastika, dengan berbagai konferensi maupun kegiatan wisata digelar di Bali. Dalam konferensi maupun kegiatan tersebut harus dijaga keamanannya dengan baik dan diberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Pemerintah, lanjut Pastika, juga harus berpikir kewirausahaan (government entrepreneurship) yakni dapat mengelola sumber daya dengan sebaik-baiknya, tanpa ada pihak yang dirugikan. "Bagaimana menjual Bali supaya laku, tanpa harus mengeluarkan uang. Itulah prinsip ekonomi yang harus diterapkan," katanya.
Mantan Kapolda Bali itu menganggap lebih cocok kalau para pelaku pariwisata di Pulau Dewata mempromosikan usahanya dengan menggunakan uangnya sendiri dan tidak lagi menunggu anggaran pemerintah.
"Mereka semua punya perusahaan, punya hotel. Emang duitnya nanti dikasih ke pemerintah? Tidak juga, kecuali PHR (pajak hotel dan restoran). Tetapi PHR pun yang bayar juga sesungguhnya konsumen," ucapnya.
Saat ini ada sekitar 15 ribu rumah tidak layak huni yang masih ditempati warga miskin di Bali. Pastika juga menyayangkan kurangnya kepekaan dari pelaku pariwisata, misalnya untuk membantu pemerintah dalam program bedah rumah. "Saya ngomong begini sudah dari dulu. Bolak-balik ngomong tidak ada reaksi apa-apa," tambah Pastika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.