JAKARTA, KOMPAS.com – Melirik potensi untuk destinasi wisata bahari, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) bersinergi dengan Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mulai fokus untuk promosi potensi destinasi wisata Indonesia Timur. Hal ini terselenggara atas dasar program yang dimiliki oleh KPDT yaitu Produk Unggulan Kabupaten (PRUKAB), di mana fokus dengan sumber daya alam seperti, kopi, karet, rumput laut, kakao serta program yang terkait dengan pengembangan pariwisata.
Hal tersebut diuraikan dalam diskusi "Peran serta Media Massa dalam Mendorong Potensi Wisata Indonesia", Minggu (22/6/2014) malam yang menyimpulkan bahwa promosi wisata di daerah perbatasan sangat potensial untuk memobilisasi wisatawan untuk masuk ke Indonesia.
Saat ini, banyak kawasan yang sebagian besar masih masuk kategori daerah tertinggal memiliki potensi pariwisata luar biasa dan dapat dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian setempat dengan mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air.
“Tahun ini, destinasi pariwisata yang banyak dipilih oleh wisatawan adalah laut, di mana mereka dapat melakukan diving, snorkeling, melihat pantai, dan menikmati keindahannya. Nah kami melihat, di Indonesia Timur sangat berpotensi karena ada banyak destinasi wisata bahari yang dapat ditawarkan,” ungkap Yanti Soekamdani, Ketua BPPI.
Meneruskan uraian tadi, Staf Ahli Bidang Politik KPDT, Rahmat Tatang Baharudin turut memberi penjelasan. “Dalam data yang kami olah, penduduk pada kawasan timur Indonesia bila dibandingkan dengan luas daerahnya baru 30 persen, berbanding terbalik dengan kawasan barat Indonesia dengan penduduk 70 persen sedangkan luas kawasan hanya 30 persen. Jadi cocoklah bila kawasan Timur ini dapat menjadi tawaran pariwisata masa depan apabila kita dapat mengembangkannya dengan bijak," katanya.
"Untuk itu lah pemerintah pusat mulai fokus ke sini. Harapannya bila pusat langsung turun tangan, ke depannya pemerintah daerah tak mau kalah dan turut meneruskannya, begitu juga penduduk lokal. Bila sudah siap baru lah diadakan promosi besar-besaran, di sini peran media massa juga sangat diharapkan,” ujar Tatang.
Sekadar saran, Tatang juga memberi pandangan agar BPPI dalam prosesnya nanti perlu memperhatikan kearifan lokal yang ada. “Infrastruktur nantinya, jangan sampai merusak kearifan lokal kawasan. Terkadang, wisatawan suka dengan keindahan alam yang natural. Jangan sampai pembangunan insfrastruktur yang niatnya memudahkan akses malah membuat wisatawan kehilangan tantangan untuk datang menjangkaunya,” tuturnya.
Lalu, pada kesempatan yang sama pula hal ini mendapat sambutan baik dari pihak perwakilan media massa, Tri Wibowo, Ketua Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang turut hadir malam itu.
“Minimal, destinasi wisata dapat dikatakan siap untuk dipromosikan oleh media bila mencakup tiga hal yakni aksesibilitas, akomodasi dan atraksi (3A)," katanya.
Bila hal tadi sudah tercukupi, lanjut Tri Wibowo, maka informasi efektif akan didapatkan. Tetapi walaupun temanya promosi, wartawan pariwisata harus jujur dan dapat memberi informasi yang riil, caranya dengan secara kontinyu melihat perkembangannya. "Biasanya per enam bulan sekali daerah sudah ada perubahan. Jangan sampai pemberitaan pada media berbeda dengan lapangan agar wisatawan tak kecewa,” tambah Tri Wibowo sekaligus menutup diskusi malam itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.