Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noh dan Arja Berpadu

Kompas.com - 05/07/2014, 08:12 WIB
GIANYAR, KOMPAS — Pergelaran kolaborasi kesenian drama tradisional dari dua negara, yakni Noh dari Jepang dan Arja dari Indonesia, Selasa (1/7/2014) malam, mampu memukau penonton. Di bawah gerimis, penonton setia menyaksikan pergelaran, yang melibatkan seniman dari Jepang dan Indonesia, di Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma, Sukawati, Gianyar, Bali, hingga usai.

Pergelaran kolaborasi kesenian dari Jepang dan Indonesia, yang dibawakan seniman tari dan musik dari kedua negara, pada Selasa malam, itu mengangkat cerita tentang Putri Kang Cing Wei dan Raja Jayapangus, sebuah kisah dari kebudayaan Bali. Drama tentang cinta segitiga antara Putri Kang Cing Wei, yang berasal dari Tiongkok; Jayapangus, raja dari Bali utara; dan Dewi Danu dari Gunung Batur itu melatari keberadaan Barong Landung, sepasang patung yang dipercayai sebagai pelindung desa di Bali.

Drama musikal itu dipentaskan Didik Nini Thowok (sebagai Putri Kang Cing Wei), Ni Wayan Sekariani (Jayapangus), Tsumura Reijiro (Dewi Danu), dan Koyano Tetsuro (Ratu Subandar yang juga Ayah Kang). Pergelaran, yang disutradarai Koyano, itu didukung kolaborasi musisi dari Sanggar Ceraken dan Jukung Music serta musisi Noh, Yasufuku Mitsuo.

Tsumura adalah penari Noh. Noh adalah seni drama musikal tradisional Jepang, yang sudah dimainkan sejak abad ke-14 Masehi. Sekarini mewakili seniman Bali, yang menampilkan seni arja, sebuah drama tari tradisional dari Bali.

Didik, yang berasal dari Yogyakarta, memberikan nuansa Tiongkok melalui riasan wajah, busana, dan gerak tarinya yang gemulai. Para pemain berdialog dengan menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.

”Pertunjukan yang menarik dan memberikan rasa yang baru,” kata I Nyoman Arjawa, seniman tari asal Gianyar yang juga anggota DPRD Kabupaten Gianyar, menilai pentas kolaborasi itu.
Pertemuan budaya

Pengamat seni dan budaya, Jean Couteau, menyatakan, pergelaran itu sudah ditampilkan dengan baik dan menarik. Namun, Jean menilai masih terlihat kelemahan dalam pertunjukan itu, misalnya dialog antarpemain yang tidak dipersiapkan dengan baik. ”Pertunjukan ini semakin menguatkan kesan Bali sebagai tempat pertemuan budaya,” ujar Jean.

Koyano menyatakan, pertunjukan itu dipersiapkan dalam waktu singkat, dimulai dengan mengumpulkan penari dan menyiapkan naskah drama. ”Saya memang tidak menyiapkan dialognya secara khusus,” kata Koyano seusai pementasan.

”Saya melepaskan dialog karena percaya para penari itu mampu berdialog melalui gerak dan perasaan,” ujar seniman tari tersebut.

Konsul Jenderal Jepang di Denpasar, Kazuo Shibata, memberi apresiasi atas upaya kolaborasi kesenian itu.

”Saya berharap pertunjukan kolaborasi kesenian tradisional Jepang dan Indonesia ini bukan hanya menjadi momentum melestarikan kesenian, melainkan juga menjadi upaya luhur untuk meningkatkan pertukaran budaya dari kedua negara,” ujar Kazuo menjelang pementasan. (COK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com