"Untuk itu, perlu strategi pemasaran dan promosi serta perilaku kewirausahaan dari para pengelola, sehingga desa wisata bisa dikelola secara bisnis dan menguntungkan serta berdampak bagi peningkatan perkonomian masyarakat setempat," kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta, Widi Utaminingsih di Yogyakarta, Selasa (22/7/2014).
Menurut Widi, desa wisata di DIY yang jumlahnya cukup banyak, jika dikelola serius tidak hanya akan menjadi daya tarik wisatawan tetapi mampu menyejahterakan masyarakat setempat. Persoalannya para pengelola desa wisata saat ini masih berpikir jangka pendek. Tidak memiliki strategi pemasaran maupun promosi.
"Dengan demikian, selama ini dalam pelaksanaannya desa wisata menjadi belum tangguh dan mandiri," kata Widi.
"Perlu cara yang tangguh dan unik untuk mengelola desa wisata, sehingga desa wisata memiliki posisi tawar bagi wisatawan melalui produk unggulan, perilaku masyarakat, keaslian habitat dan alam yang terjaga serta akomodasi dan aksesibilitas," katanya.
Desa wisata di wilayah DIY yang kini sudah mampu 'menjual' produknya dan dikenal wisatawan di antaranya Kebon Agung, Kasongan, Tembi, Manding, Krebet, Ketingan, Pentingsari, Trumpon, Banyusumurup, dan Nglanggeran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.