Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lezatnya Toraja

Kompas.com - 06/08/2014, 12:18 WIB
TORAJA tak hanya kaya akan kecantikan alam. Cobalah cicipi camilan setempat, seperti dangke dan deppa tetekan. Jangan lewatkan pula berburu durian legit yang harganya cuma Rp 5.000. Dan tentu saja jangan lupa menyeruput kopi toraja. Ah....

Dangke terbuat dari olahan susu kerbau, susu kambing etawa, atau susu sapi. Camilan ini banyak dijumpai di warung-warung kecil di tepian jalan poros Tana Toraja-Makassar, Sulawesi Selatan. Dangke mentah tampak seperti gumpalan tahu seukuran batok kelapa, dan biasanya dipajang di bagian muka warung. Kita tinggal tunjuk lalu pemilik warung akan segera mengolah dangke mentah menjadi camilan lezat.

Karena telah memiliki citarasa gurih susu, dangke cukup digoreng dengan tambahan sedikit garam. Hanya perlu beberapa menit di penggorengan, potongan dangke segera tersaji di meja. Sebagai pelengkap dangke, pemilik warung menyediakan bumbu ’cocol’ dari campuran garam, jeruk nipis, dan cabai. Dangke berasa segurih keju dan lembut di lidah. Dengan bumbu cocol, citarasa dangke yang gurih, berpadu dengan citarasa asin, pedas, dan segar. Dangke pun enak disantap setelah dipanggang. Dangke juga bisa dijadikan sebagai lauk pendamping nasi seperti tumis dangke bumbu cabai.

Kami menikmati dangke di Warung Kawanua milik pasangan suami-istri Syamsul Bachri dan Anhy. Menurut Anhy, rasa gurih dari dangke tercipta lewat proses pembuatan yang cukup unik. Susu terlebih dulu direbus dengan menambahkan garam dan cairan getah pepaya. Untuk 10 liter susu dibutuhkan satu sendok teh getah pepaya. Getah pepaya berfungsi memisahkan protein dari air. Diperlukan waktu selama sepuluh menit sebelum susu benar-benar menggumpal menjadi dangke.

Dangke segar bisa bertahan hingga tiga hari penyimpanan pada suhu kamar. Masa simpan tersebut bisa diperpanjang jika dangke disimpan di lemari pendingin. Sebagai buah tangan, dangke juga diolah menjadi kerupuk.

Selain dangke, makanan khas Toraja yang banyak dijumpai di warung adalah deppa tetekan. Camilan dengan citarasa gurih manis ini diolah dari tepung beras yang direbus bersama gula merah sebelum kemudian ditaburi wijen. Teksturnya liat, sedikit keras. Deppa tetekan cocok sebagai kudapan di perjalanan atau buah tangan.

KOMPAS/LASTI KURNIA Durian Lokal
Camilan ini biasanya juga jadi suguhan di rumah-rumah warga dan banyak dijual di pasar tradisional. Apabila disimpan dalam wadah tertutup, deppa tetekan bisa awet berbulan-bulan.

Buah hutan

Selain berbagai camilan yang dapat dinikmati di warung-warung, hasil bumi yang dipetik dari bumi Toraja pun tak kalah menggiurkan. Salah satunya adalah jagung ketan. Jagung ketan terasa lebih pulen, gurih, dan lembut. Sensasi mengunyah jagung ketan hampir serupa dengan saat kita menyantap ketan. Harga jagung ketan sangat merakyat yaitu Rp 1.000 per buah. Oleh warga setempat, jagung ketan biasa disantap sebagai menu sarapan dengan cara direbus. Selain jagung ketan, ada pula ketan gogos yang diolah dari ketan dan dibungkus seperti nasi bungkus untuk sarapan.

Menjelang siang, saatnya mencicipi durian lokal yang banyak dijajakan di pinggir jalanan poros Toraja-Enrekang. Durian yang dijajakan adalah durian super manis yang diambil dari kawasan hutan. Durian lokal ini tampaknya memang kecil-kecil, tapi soal rasa, jangan ditanya: legit manis! Durian hutan yang dikenal dengan nama durian gula-gula atau disebut juga durian mentega itu memang menyajikan kemewahan rasa. Harganya pun ”fantastis,” hanya Rp 5.000 per biji.

Penjaja durian gula-gula, Musbah, mengatakan, mengambil durian itu dari hutan-hutan di sekitar daerah Kalosi, Enrekang. Pada puncak musim durian di bulan Maret atau April, hasil panenan durian akan membanjiri tepian Jalan Raya Toraja. ”Anda beruntung masih bisa mencicipi durian gula-gula ini. Saat ini, musim panen durian sudah mulai habis,” kata Musbah, Mei lalu.

Meninggalkan jalan poros Toraja menuju Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, buah-buahan dari hutan semakin mudah dijumpai. Pedagang di tepi jalan raya menyuguhkan pemandangan menggiurkan ketika menjajakan buah langsat yang menawan dengan kulit kuning cerah nan cantik. Ukuran buahnya dua kali buah duku dengan rasa manis yang melampaui manis segar duku. Pedagang menjual buah langsat hutan dengan harga Rp 10.000 per porsi. Satu porsi langsat ditakar dengan satu tempat nasi atau ceting. Ceting beragam ukuran pun kemudian memenuhi etalase penjualan langsat.

Selain langsat, masih ada markisa dan terong belanda (tamarillo) yang populer di Toraja dan sekitarnya. Jus markisa maupun jus tamarillo bisa dijumpai di warung-warung makan dan disuguhkan sebagai minuman selamat datang di beberapa hotel di Toraja. Tamarillo yang berbentuk bulat oval dengan warna hitam keunguan ini bisa disantap seperti ketika kita menyantap buah kiwi. Menggunakan sendok, daging buah tamarillo yang manis asam lembut segera menyuguhkan sensasi menyegarkan.

Kopi Toraja

Mengunjungi Toraja terasa belum lengkap jika belum mencicipi kopi khas Toraja. Salah satu warung yang menjual kopi Toraja terletak di Jalan Emmy Saelan, Rantepao. Kedai bernama Rezeki Coffee Agro Industry tersebut menjajakan beragam jenis kopi seperti kopi arabika dan robusta.

KOMPAS/LASTI KURNIA Pemandangan Gunung Nona atau Buttu Kabobong.
Di dalam kedai, kita bisa membeli biji kopi utuh atau memilih kopi yang sudah digiling menjadi bubuk yang dikemas dalam wadah plastik. Ketika kopi digiling, aroma harum kopi segera menguar memenuhi ruangan. Sebelum digiling, biji kopi sudah menjalani proses produksi mulai dari pemilihan bahan baku, pencucian, penjemuran, hingga digoreng sangrai tanpa minyak.

Pemilik Rezeki Coffee Agro Industry, Hamka Saleh, sengaja memajang beragam piagam dan sertifikat yang diperoleh di dinding warung. Ia antara lain mengantongi sertifikat penyuluh keamanan pangan, dan piagam bintang keamanan pangan. Satu liter kopi robusta dijual Rp 23.000, sedangkan kopi arabika Rp 55.000.

Sayang kedai ini tidak menyediakan kopi Toraja yang sudah diseduh. Namun, tak perlu kecewa, karena cukup banyak kedai kopi yang menyediakan kopi seduh yang aroma dan citarasanya selalu mengundang rasa rindu untuk kembali ke Toraja. (Mawar Kusuma/Dwi A Setianingsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com