Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Anggur Bali Menjadi Wine

Kompas.com - 20/09/2014, 10:41 WIB
SAAT mencicipi minuman wine, tahan minuman di dalam mulut sesaat. Kemudian telan, anggur yang baik akan memiliki cita rasa tersendiri. Di balik tangkai gelas wine inilah minuman wine melepaskan aromanya ke permukaan gelas yang dibuat oleh Hatten Winery, Sanur, Bali.

Minuman wine produksi Hatten Winery sebagian besar berasal dari buah anggur lokal yang dipetik petani. Jenis buah anggur ini menghasilkan minuman wine yang berasal dari tiga varietas anggur kualitas baik.

EKA JUNI ARTAWAN Anggur Singaraja yang baru tiba tinggal menunggu proses pengolahan wine. Dalam sekali crush dibutuhkan 4 ton buah anggur dalam sehari. Buah anggur tersebut dikirim dua kali seminggu.
Alfonso de lavalle yang dikenal dengan anggur singaraja berwarna hitam ini dipilih untuk menghasilkan Rose, Aga Red, Jepun Sparkling Rose, dan Pino de Bali Red. "Selain itu kita tanam di kebun Singaraja, anggur belgia dan anggur probolinggo biru, sebagai bahan baku wine lokal jenis Aga dan Tunjung Wine," kata Lila Yudiana, selaku Sales Manager Hatten Winery.

Sebagai produsen wine lokal, selama ini tidak pernah terbentur oleh bahan baku. Buah anggur lokal tidak mengenal musim. Sejauh dilakukan perawatan yang maksimal maka kebutuhan akan buah anggur bisa dipenuhi untuk menghasilkan produk wine secara konsisten.

EKA JUNI ARTAWAN Lila Yudiana menunjukkan ruangan fermentasi wine di Hatten Winery, Sanur, Bali.
Buah anggur yang berasal dari kebun di Sangalangit, Singaraja ini dikenal sebagai istilah lokal grape atau table grape. "Ini artinya buah anggur yang sengaja ditanam petani yang kita konsumsi ini, kemudian kita jadikan buahnya sebagai wine," terang Lila.

Sedangkan khusus untuk wine Two Island, buah anggur yang digunakan berasal dari buah anggur impor (vinegrape) karena kualitas buah anggur yang dihasilkan lebih bagus melihat dari kondisi suhu yang berada di daerah asalnya.

EKA JUNI ARTAWAN Ruang Barrel, di sinilah wine yang red di-aging di barrel ke dalam oaks. Untuk lokal grape aging 18 bulan maksimal sedangkan kalau vine grape bisa lebih dari dua tahun.
Seluruh proses pembuatan wine dilakukan di pabriknya sendiri yang beralamat di Jalan Danau Tondano, Sanur. Di sini, digunakan teknik fermentasi setelah melalui tahapan crushing dan pengendapan kedalam dry tank sampai menghasilkan jus yang betul-betul bening dari cream atau bersih dari endapan. Proses fermentasi ini bisa membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan lamanya.

Sedangkan khusus wine merah atau red wine diumurkan dulu ke dalam Barrel yang berbahan kayu Oaks. Proses ini jauh lebih lama dibandingkan white wine, yang butuh waktu pengumuran hingga maksimal 18 bulan.

EKA JUNI ARTAWAN Kemasan botol wine Aga Red yang sudah dikemas menunggu proses labeling, dan pengepakan.
Hatten Winery bukan terbuka untuk umum, namun mereka memberi pengetahuan untuk mengenal wine lebih dalam khusus bagi jaringan, atau outlet-outlet tertentu yang berhubungan dengan hotel, restoran, dan kafe. Khusus wisatawan, bisa datang langsung ke kebun anggur (vineyard)  yang berada di Singaraja. Di sana wisatawan akan diajak berkeliling kebun anggur sembari menyesap jenis wine yang tersedia lewat sebuah paket tour.

Mencicipi wine, menurut Lila, secara umum sangat sederhana. "Kalau kita ingin mengetahui wine yang baik bisa dites yakni dekatkan ke hidung, kemudian di-swing cari aromanya. Kalau matang kelihatan dari tekstur warna berubah, level alkoholnya kelihatan," papar Lila.

EKA JUNI ARTAWAN Two Island adalah salah satu produk Hatten Winery, Sanur, Bali, di mana buah anggurnya berasal dari buah impor (vinegrape).
Menurut Lila, jika minum wine sebaiknya disesuaikan jenis makanan dan jenis wine selaku peneman yang pas. Logikanya, jika hendak mengonsumsi white meat penemannya tentu white wine, untuk red meat penemannya yang pasti adalah red wine.

"Kadang insting orang yang minum wine tidak pas. Misalnya dia makan steak tapi minumnya white wine, makan seafood minumnya red wine. Nah, itu pakai insting berarti. Mereka minum wine pakai insting. Kita sadari saja, mereka pasti menggunakan insting yang dipakai memilih wine," tambah Lila. (Eka Juni Artawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com