Tradisi sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan serta sebagai cara tolak bala untuk menghindarkan bencana tersebut digelar, Kamis (25/9/2014) malam.
Awalnya, warga akan membuat nasi dalam bentuk kerucut yang merupakan simbol kepada Tuhan Yang Maha Esa serta untuk saling menyayangi sesama manusia dan lingkungan alam. Sedangkan lauk pauk khas yang disediakan yaitu pecel pitik dengan sambal dan lalapan.
"Pecel pitik ini makanan yang hanya ada saat selamatan. 'Ungucel-ngucel barang sithik' atau mengajak orang untuk bersyukur dan berhemat," jelas Juhadi Timbul kepada Kompas.com.
Untuk membuat pecel pithik sendiri, ayam kampung dibakar dan dicampur dengan kelapa yang dibumbui. "Kalau mau makan baru ayamnya dipotong kecil-kecil dan dicampur dengan kelapa muda yang diparut dan dibumbui. Makin bertambah lengkap kalau disantap ditemani sambal kacang khas Suku Using," jelasnya.
Sebelum selamatan dimulai, masyarakat "ngarak barong" sebagai simbol penjaga Desa Kemiren setelah sholat Magrib. Selain itu mereka juga membakar daun kelapa kering sepanjang jalan untuk menghilangkan marabahaya.
Usai makan bersama, warga membaca Lontar Yusuf (Surat Yusuf) hingga tengah malam di rumah salah seorang tokoh masyarakat setempat. Lontar Yusuf yang merupakan rangkaian dari ritual ini menceritakan perjalanan hidup Nabi Yusuf. Sementara itu siang harinya, masyarakat Using beramai-ramai menjemur kasur Abang Cemeng yang menjadi kasur khas Suku Using Kabupaten Banyuwangi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.