Diperlukan waktu sekitar 30 menit dari arah Kota Bondowoso untuk menuju lokasi desa wisata organik tersebut. Anda jangan khawatir, karena akses jalan menuju lokasi wisata itu sudah nyaman dilalui kendaraan roda empat, walaupun hanya cukup untuk satu kendaraan saja.
Di desa tersebut, seluruh hasil sumber daya alamnya sama sekali tidak menggunakan bahan pestisida. Mulai dari beras, sayur mayur, buah-buahan, telur hingga ikan. Bagi para wisatawan yang datang ke desa itu, bisa memetik buah langsung dari pohonnya, lalu memanen sayur- sayuran dan ikan, serta langsung dimasak sesuai dengan keinginan.
“Hasil alam di desa kami ini sama sekali tidak menggunakan produk kimia, jadi sangat bagus untuk kesehatan. Ada beras, ada ikan patin, nila, gurami, juga ada buah-buahan dan sayur-sayuran,” kata Baidhowi, Ketua Kelompok Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Sabtu (27/9/2014).
Baidhowi mengaku, butuh empat tahun lamanya untuk mengubah pola pikir masyarakat untuk beralih menggunakan pupuk organik. “Selama dua tahun, sejak tahun 2007-2008 saya sempat gagal mengubah pola pikir masyarakat, namun saya tidak lantas menyerah,” kenangnya.
Namun seiring berjalannya waktu, upaya Baidhowi mulai terlihat. Di tahun 2009 lalu, masyarakat mulai sadar dan beralih menggunakan pupuk organik. “Namun saat itu lahan yang menggunakan produk organik baru setengah hektar saja, jadi masih sangat minim,” ungkap pria yang sudah dikaruniai dua anak ini.
Akhirnya tahun 2013, lahan yang menggunakan produk organik bertambah menjadi 25 hektar. “Meski demikian, setelah hasil panen dicek ke laboratorium, ternyata yang benar-benar menggunakan pupuk organik baru 11 hektar, tetapi nggak masalah yang penting lambat laun masyarakat sudah beralih,” imbuhnya.
Selain menyediakan hasil alam organik, para wisatawan yang datang ke desa wisata itu juga dimanjakan dengan permainan tubing di aliran sungai yang ada di desa itu. “Di sini juga kami sediakan home stay bagi para pengunjung yang ingin bermalam. Jadi sambil berwisata, para pengunjung juga bisa belajar tentang konsep pertanian organik di desa kami,” kata pria kelahiran 45 tahun silam ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.