Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendah, Tingkat Kepuasan Wisatawan di Gili Trawangan

Kompas.com - 29/09/2014, 15:32 WIB
Kontributor Mataram, Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, rendah. Berdasarkan hasil survei Universitas Mataram (Unram) tahun 2013, hanya 53 persen wisatawan yang menyatakan puas berkunjung ke Gili Trawangan.

Menurut akademisi Unram Dr Imam Bachtiar, survei tersebut dilakukan dari segi pelayanan restoran, pelayanan hotel, makanan, pelayanan informasi, termasuk kondisi alam seperti, ikan, burung, kondisi karang, dan sarana transportasi.

Imam memaparkan, dulu tingkat kepuasan wisatawan mencapai 80-90 persen tapi sekarang hanya 53 persen yang menyatakan puas. Sementara di Gili Meno dan Gili Air, 75 persen wisatawan menyatakan puas dan sangat puas. "Itu artinya tingkat kepuasan menurun, tidak hanya servisnya tapi juga alamnya," kata Imam, di Mataram, Senin (29/9/2014).

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan mancanegara di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Ia mengatakan, keluhan para wisatawan yang paling banyak adalah masalah sampah. Selain itu terlalu banyaknya pengunjung serta tidak tersedianya pusat layanan informasi menjadi keluhan para wisatawan. Termasuk kondisi terumbu karang yang mulai rusak dan semakin sulit ditemukan. Sementara untuk servis hotel dan makanan, mereka mengaku puas.

"Trawangan menurut kami sudah terlalu banyak turis, terlalu banyak boat di sana. Ke depannya saya khawatir tingkat kepuasannya akan turun. Kalau kepuasannya terus menurun kan nanti ditinggal orang," ujar Imam.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan asing di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Imam melanjutkan, banyaknya turis yang datang ke Gili Trawangan tidak selamanya membawa dampak positif. Semestinya pemerintah mulai memikirkan untuk mengelola pariwisata yang mahal. Ukurannya bukan lagi jumlah turis yang datang tetapi jumlah uang yang datang.

"Kalau turis yang datang jumlahnya sedikit tetapi mahal, lingkungan akan selamat, jumlah uang yang masuk pun banyak. Daripada turisnya banyak, lingkungannya cepat rusak tapi uangnya sama," tambah Imam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com