Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Batu Giok di Pasar Bogyoke

Kompas.com - 15/10/2014, 15:24 WIB
KOTA Yangon, Myanmar, tidak hanya terkenal dengan pagodanya. Kota ini juga menyimpan sejarah cukup panjang dalam perdagangan batu mulia, khususnya batu giok.

Wajar jika para pedagang dan penggemar batu giok datang ke Yangon berburu batu giok di pusat perkulakannya, yaitu Pasar Bogyoke (baca Bokjog) atau populer juga dengan nama masa lalunya Scott Market.

Bogyoke Aung San Market merupakan pasar yang khas di Yangon. Di sini Anda bisa menemukan berbagai batu yang sudah dipoles dan dipotong, kerajinan tangan dari kayu, rotan, dan berbagai kain yang biasa dipakai warga Myanmar.

Pasar Bogyoke Aung San berada di jalan raya Bogyoke Aung San, yang merupakan salah satu jalan utama di wilayah ”kota lama” Yangon. Menempati sebuah bangunan tua peninggalan masa kolonial Inggris, Pasar Bogyoke menjadi salah satu tempat tujuan wisatawan di Yangon.

Di tempat ini pula Anda bisa menemukan barang ilegal, barang antik, dan juga penukaran mata uang asing tidak resmi.

Pasar Bogyoke dibangun pada tahun 1926, atau di masa akhir pendudukan Inggris di Myanmar. Meskipun banyak pihak meyakini penamaan Scott Market untuk mengabadikan nama James George Scott, pegawai negeri sipil Inggris yang memperkenalkan sepak bola kepada rakyat Myanmar, beberapa pihak menyebutkan nama Scott itu sebenarnya diambil dari nama Komisioner Kota pada saat itu, Gavin Scott.

Setelah Myanmar merdeka pada 1948, pasar dan jalan di depannya diberi nama Bogyoke Aung San, jenderal pahlawan kemerdekaan Myanmar yang tak lain adalah ayah tokoh demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Begitu masuk ke pasar ini, Anda bisa menemukan batu giok kasar yang masih dalam bentuk bongkahan besar, batu yang sebagian sudah diolah, hingga batu yang telah dipotong, dan dihaluskan dengan baik untuk mata cincin, gelang, liontin, dan aksesori lainnya.

Harganya beragam, dari 500 kyat (Rp 6.000) hingga jutaan rupiah. Giok berbentuk gelang, misalnya, dijual mulai dari harga 1.000 kyat (Rp 12.000) sampai 20.000 kyat (Rp 240.000). Kualitas, ukuran, dan corak batunya memang beragam, tetapi hampir bisa dipastikan barang yang berharga murah pun bukan giok imitasi atau plastik.

Untuk giok berharga mahal, Anda akan mendapatkan sertifikat keasliannya sehingga Anda pun bisa menjual giok tersebut dengan harga yang tetap tinggi. ”Di sini tidak ada giok artifisial. Meskipun murah, ini batu giok asli, hanya saja kualitasnya memang rendah,” ungkap beberapa pedagang hampir senada.

Dari beratnya dan kontur permukaannya, memang terlihat tidak ada satu pun yang persis sama, yang menandakan itu memang bukan batu artifisial.

Jika merunut pada berbagai referensi, industri batu giok di Myanmar telah ada sejak abad ke-13. Produknya dinilai sebagai batu giok dengan kualitas terbaik di dunia. Pantaslah jika hingga saat ini Myanmar menjadi penyuplai 70 persen batu giok di seluruh dunia.

Tambang batu giok di Myanmar berada di kawasan yang dikenal sebagai ”Jejak Giok” di Negara Bagian Kachin, di wilayah utara Myanmar. Wilayah itu adalah sebuah kawasan perbukitan yang merupakan salah satu hulu Sungai Uyu. Penambangan dan industri giok di wilayah itu terutama dilakukan di kota-kota Tawmao, Hpakan, Hweka, Mamon, dan Hkamti. (Rakaryan Sukarjaputra dari Yangon, Myanmar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com