Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Mati Sebelum ke Toraja

Kompas.com - 22/11/2014, 10:16 WIB
RANTEPAO, KOMPAS.com - Ucapan "Jangan mati sebelum ke Toraja" bukan basa-basi. Pasalnya Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan menyimpan keunikan budaya yang sukar dicari tandingannya di dunia. Inilah yang menyebabkan nama Toraja sangat dikenal di kalangan wisatawan mancanegara.

Memasuki Kota Rantepao, ibu kota Kabupaten Toraja Utara, wisatawan akan diajak menyaksikan deretan rumah adat khas Toraja yang dihiasi susunan tanduk kerbau yang begitu memukau terutama bagi wisatawan yang baru pertama kali datang ke kota ini. Perjalanan yang dilakukan Kompas.com dalam kegiatan yang dinamakan Famtrip Destination Management Organization (DMO) Toraja bersama para biro perjalanan dari Bali, Yogyakarta dan Jakarta berlangsung Minggu (16/11/2014) sampai Rabu (19/11/2014).

Perjalanan selama sekitar 8 jam dari Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan menuju Rantepao memang melelahkan. Syukurlah pemandangan pantai dan bukit yang menjulang tinggi di kiri-kanan jalan mampu membunuh rasa bosan tersebut.

Toraja menyimpan tradisi unik yang masih tetap terjaga dan diwariskan secara turun temurun. Upacara kematian dan penyimpanan jenazah di bukit-bukit sekitar desa selalu menarik perhatian wisman. Daya tarik Kabupaten Toraja Utara ini memang dimanfaatkan betul bagaimana menarik wisatawan dan sekaligus menyejahterakan masyarakat dari sektor pariwisata.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Tongkonan Pallawa di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Wakil Bupati Toraja Utara Frederik Buntang Rombelayuk mengakui kabupaten ini tidak memiliki tambang dan laut. "Kami hanya memiliki alam dan budaya. Ini daya tarik kami. Gubernur Sulsel mengatakan, 'Jangan mati sebelum ke Toraja'," kata Frederik di rumah dinasnya saat menerima rombongan Famtrip Destination Management Organization (DMO) Toraja, Senin (17/11/2014) malam.

Menurut Frederik, jumlah penduduk Kabupaten Toraja Utara sebanyak 240.000 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan dan 151 desa/kelurahan. Selain alam dan budaya yang mampu menyedot kunjungan wisatawan, Toraja Utara juga memiliki minuman khas yakni kopi toraja dan terong toraja.

"Minum kopi di Toraja lebih nikmat," kata Frederik.

"Apalagi meneguk terong toraja, sama nikmatnya," sambungnya.

Terong toraja berwarna merah, hampir mirip dengan markisa. Dua produk ini menjadi andalan wisatawan untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh usai mengunjungi Toraja.

Frederik menuturkan warga Toraja sangat terbuka terhadap kunjungan tamu atau wisatawan. Mereka tak segan-segan menyambut tamu dengan ramah. Tak tanggung-tanggung masyarakat secara terbuka menawarkan makanan bagi tamu yang lewat. "Bagi warga Toraja tamu membawa berkah," katanya seraya tersenyum.

Ketua Asita Bali, I Ketut Ardana, menyebut sosok Frederik cocok sebagai pelaku pariwisata karena pandai bertutur dan selalu tersenyum.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Kopi Toraja dan makanan khas Toraja di Sulawesi Selatan.
Bagi Ardana, Toraja merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang selalu menarik wisatawan tak ubahnya seperti keelokan Raja Ampat, Taman Nasional Komodo, Danau Toba, Derawan dan masih banyak lagi. "Nama Toraja sudah harum di mancanegara dan layak jual," katanya.

Ardana mengakui, pihaknya sering mengirimkan wisman dari Bali ke Toraja. Namun dia juga menyebutkan beberapa kendala dalam memajukan pariwisata Toraja. Masalah aksesibilitas menuju obyek wisata perlu ditangani Pemkab Toraja Utara. Berikutnya kejelasan atau petunjuk menuju obyek wisata. "Hal utama yang juga tak kalah penting adalah soal kebersihan. Sampah berserakan di mana-mana. Ini perlu jadi perhatian," tambah Ardana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com