Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target 20 Juta Wisman Harus Diikuti Infrastruktur yang Memadai

Kompas.com - 02/12/2014, 17:54 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Barat, Cecep Rukmana mengatakan target mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 harus dibarengi dengan peningkatan fasilitas layanan dan infrastruktur pariwisata yang memadai.

"Bila komitmen pembangunan infrastruktur pariwisata tidak digenjot dan diperbaiki, sulit untuk merealisasikan 20 juta wisatawan mancanegara dalam lima tahun ke depan. Perlu ada lompatan dan bukan tahapan lagi," kata Cecep di Bandung, Selasa (2/12/2014).

Menurut Cecep, perlu ada komitmen, terobosan, iklim yang mendukung dan memungkinkan meningkatkan kunjungan wisata mancanegara ke tanah air.

Selama ini berbagai keluhan yang dilontarkan insan pariwisata sudah lama disampaikan, namun belum ada langkah-langkah yang signifikan dari pemerintah.

"Di Jabar misalnya sejumlah biro perjalanan wisata seringkali mengeluhkan infrastrukur, terutama jalan menuju obyek wisata. Kondisi infrastruktur yang kurang menunjang seringkali menyebabkan wisman komplain karena macet sehingga lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dari pada di obyek wisata," katanya.

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN Berselancar di Sungai Ciwidey di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Keluhan terakhir, lanjut Cecep, naiknya tarif masuk sejumlah obyek wisata di Jabar dan sejumlah obyek wisata di tanah air yang sangat tinggi. Salah satunya tarif masuk ke Tangkuban Parahu telah dinaikkan dari Rp 75.000 menjadi Rp 200.000 pada hari biasa dan Rp 300.000 pada hari libur.

Bahkan kenaikkan tarif ini menjadi perhatian biro perjalanan wisata di Malaysia yang merespon dengan negatif, sehingga mereka tidak mencantumkan Tangkuban Parahu dalam daftar paket wisata yang mereka jual.

"Reaksi dari biro perjalanan Malaysia ini merupakan laporan resmi dari kantor perwakilan BPPD Jabar di Kuala Lumpur Malaysia," kata Direktur Eksekutif BPPD Jabar, Hilwan Saleh.

Dampak kenaikkan tarif masuk sejumlah obyek wisata itu menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para tour operator yang telah melakukan kontrak dengan para tour operator luar negeri untuk tahun depan.

Bila satu tour operator membawa rombongan ke sejumlah obyek wisata alam yang tarifnya dinaikkan, maka kerugiannya bisa dihitung dan cukup besar.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu, Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/1/2012). Gunung yang tumbuh dalam Kaldera Sunda 90.000 tahun lalu memiliki tiga kawah, yakni Panguyangan Badak yang berumur 90.000-40.000 tahun lalu, Kawah Upas yang berumur 40.000-10.000 tahun lalu, dan Kawah Ratu, 10.000 tahun lalu sampai sekarang.
Sebagai contoh, menurut Hilwan, bila sebuah tour operator membawa 20 wisman ke tiga obyek wisata alam yang tarifnya dinaikkan, kerugiannya kalikan saja dua puluh, kali jumlah obyek wisata yang dikunjungi, kali selisih kenaikkan tarif. "Itu untuk satu paket satu rombongan. Bila sudah teken kontrak lima atau sepuluh rombongan? Nomboknya tambah besar," katanya.

Cecep Rukmana mengatakan, BPPD Jabar yang bertugas mempromosikan Jabar sangat berkepentingan menyampaikan berbagai keluhan dan harapan insan pariwisata di Jabar ke pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata.

"Sia-sia kita promosi ke berbagai negara bila obyek wisata yang kita promosikan tidak bisa dinikmati atau membuat kapok wisman karena pelayanan, infrastruktur, dan sejenisnya. Kami akan sampaikan dalam Rakor Pemasaran Pariwisata yang digelar Kementerian Pariwisata di Jakarta hari ini," tambah Cecep.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com