Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kopi Tuk Bambam dan Kopi Tumbuk

Kompas.com - 06/12/2014, 08:41 WIB
Kontributor Manggarai, Markus Makur

Penulis

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Warga masyarakat di wilayah Flores barat sangat terkenal sebagai penghasil kopi terbesar di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, seperti kopi colol, kopi kolang dan beberapa wilayah lainnya. Namun, hasil kopi dikirim ke Pulau Jawa.

Warga Flores barat yang melingkupi Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur merupakan warga petani campuran. Mengapa disebut petani campuran? Karena, warga petani selain mengolah persawahan juga menanam kopi, kemiri, cengkeh, kakao dan tanam pohon. Tidak ada petani yang fokus pada satu jenis tanaman seperti satu petani mengolah sawah, dan satu petani lainnya menanam ribuan hektar kopi, kemiri, cengkeh. Semua warga memiliki berbagai jenis tanaman serta tetap mengolah sawah.

Sejak gencarnya promosi Komodo masuk dalam tujuh keajaiban dunia baru, berbagai lembaga swadaya masyarakat yang mengembangkan proyek mereka di wilayah Flores Barat mulai menawarkan program pengembangan kopi tuk atau tumbuk. Bahkan, mereka membuat merk kopi sesuai dengan nama asal kopi berada. Namun, pada umumnya, mereka membuat merk Kopi Tuk atau Tumbuk Manggarai Raya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Wisman dan kopi khas Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Salah satu yang dikembangkan adalah Kopi Tuk Bambam dan Kopi Tumbuk yang organik. Di mana kita membeli dan menikmati Kopi Tuk Bambam. Berwisatalah ke Kampung Cecer, Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Manggarai Barat untuk minum kopi Tuk Bambam. Sementara kopi Tumbuk bisa dinikmati di sebuah Baku Peduli di Nggorang, Desa Nggorang, Kecamatan Komodo. Selain itu bisa juga dibeli di bagian Delegatus Sosial Keuskupan Ruteng.

Apa arti Kopi Tuk Bambam. Nama kopi ini berasal dari nama Bentang Alam Mbeliling karena kopi ini diambil dari kebun-kebun masyarakat di sekitar kawasan bentang alam Mbeliling.

Ketua Kelompok Lestari Jaya, Stefanus Landing kepada Kompas.com di Kampung Cecer beberapa waktu lalu menjelaskan, anggota kelompok mengembangkan usaha ini sudah dua tahun sejak ramainya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Kampung Cecer.

Alasan pertama adalah kopi Tuk Bambam sebagai oleh-oleh saat wisatawan pulang selain membeli kain tenung songke. Untuk memperkuat usaha ini anggota kelompok sepakat membentuk koperasi simpan pinjam.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kopi Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Uniknya, lanjut Landing, kelompok ini kebanyakan perempuan, di mana ada 17 ibu-ibu yang menjadi anggota kelompok ini.
Landing menjelaskan, kelompok Lestari Jaya didampingi Yayasan Burung Indonesia yang memiliki proyek konservasi alam termasuk burung-burung endemik yang hidup di bentang alam Mbeliling.

Kopi adalah penghasil utama warga petani di Kampung Cecer. Ada hutan kopi Robusta. Bentang alam Mbeliling sangat penuh dengan Kopi Robusta. Pengolahan kopi secara tradisional. Tocu atau Kuali dari Tanah Liat untuk menggoreng kopi sebelum ditumbuk. Ada sekitar 30 hektar pohon kopi yang dimiliki masyarakat Desa Liang Ndara.

Maria Sofia Setia, Ibu Kelompok menjelaskan, dia menjual kopi pada tahun 2012 per kilogram sebesar Rp 20.000. Banyak tengkulak yang meraup keuntungan selama ini. Pasalnya, petani menjual ke tengkulak Rp 21.000-Rp 22.000.

Maria menjelaskan, pada bulan Mei 2013 mereka mengadakan promosi ke Bali. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu sempat membeli kopi Tuk Bambam saat berkunjung ke Kampung Cecer. Setiap tahun panen kopi berkisar pada Mei-Agustus. Sekarang dengan ada usaha sendiri ini, lanjut Maria, warga tidak menjual ke tengkulak lagi.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kopi Tumbuk dari Manggarai Raya, Nusa Tenggara Timur.
Selain kopi Tuk Bambam, ada kopi Tumbuk produk lokal yang dikembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat Sunspirit For Justice and Peace dan Baku Peduli Manggarai Barat. Lembaga ini mengembangkan produk-produk lokal dari Manggarai Raya, seperti beras merah atau Woja Laka organik serta makanan khas Manggarai Raya berupa rebok dan kopi Tumbuk.

Bahkan Keuskupan Ruteng di bagian Delegatus Sosial juga mengembangkan Kopi Tuk Organik dari petani Manggarai Raya. Usaha-usaha kopi mulai tumbuh subur bersamaan dengan banyaknya pesanan kopi dari Pulau Jawa dan luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com