Warga Flores barat yang melingkupi Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur merupakan warga petani campuran. Mengapa disebut petani campuran? Karena, warga petani selain mengolah persawahan juga menanam kopi, kemiri, cengkeh, kakao dan tanam pohon. Tidak ada petani yang fokus pada satu jenis tanaman seperti satu petani mengolah sawah, dan satu petani lainnya menanam ribuan hektar kopi, kemiri, cengkeh. Semua warga memiliki berbagai jenis tanaman serta tetap mengolah sawah.
Sejak gencarnya promosi Komodo masuk dalam tujuh keajaiban dunia baru, berbagai lembaga swadaya masyarakat yang mengembangkan proyek mereka di wilayah Flores Barat mulai menawarkan program pengembangan kopi tuk atau tumbuk. Bahkan, mereka membuat merk kopi sesuai dengan nama asal kopi berada. Namun, pada umumnya, mereka membuat merk Kopi Tuk atau Tumbuk Manggarai Raya.
Apa arti Kopi Tuk Bambam. Nama kopi ini berasal dari nama Bentang Alam Mbeliling karena kopi ini diambil dari kebun-kebun masyarakat di sekitar kawasan bentang alam Mbeliling.
Ketua Kelompok Lestari Jaya, Stefanus Landing kepada Kompas.com di Kampung Cecer beberapa waktu lalu menjelaskan, anggota kelompok mengembangkan usaha ini sudah dua tahun sejak ramainya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Kampung Cecer.
Alasan pertama adalah kopi Tuk Bambam sebagai oleh-oleh saat wisatawan pulang selain membeli kain tenung songke. Untuk memperkuat usaha ini anggota kelompok sepakat membentuk koperasi simpan pinjam.
Kopi adalah penghasil utama warga petani di Kampung Cecer. Ada hutan kopi Robusta. Bentang alam Mbeliling sangat penuh dengan Kopi Robusta. Pengolahan kopi secara tradisional. Tocu atau Kuali dari Tanah Liat untuk menggoreng kopi sebelum ditumbuk. Ada sekitar 30 hektar pohon kopi yang dimiliki masyarakat Desa Liang Ndara.
Maria Sofia Setia, Ibu Kelompok menjelaskan, dia menjual kopi pada tahun 2012 per kilogram sebesar Rp 20.000. Banyak tengkulak yang meraup keuntungan selama ini. Pasalnya, petani menjual ke tengkulak Rp 21.000-Rp 22.000.
Maria menjelaskan, pada bulan Mei 2013 mereka mengadakan promosi ke Bali. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu sempat membeli kopi Tuk Bambam saat berkunjung ke Kampung Cecer. Setiap tahun panen kopi berkisar pada Mei-Agustus. Sekarang dengan ada usaha sendiri ini, lanjut Maria, warga tidak menjual ke tengkulak lagi.
Bahkan Keuskupan Ruteng di bagian Delegatus Sosial juga mengembangkan Kopi Tuk Organik dari petani Manggarai Raya. Usaha-usaha kopi mulai tumbuh subur bersamaan dengan banyaknya pesanan kopi dari Pulau Jawa dan luar negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.