Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Adat di Lombok Utara Direvitalisasi

Kompas.com - 21/12/2014, 10:28 WIB
MATARAM, KOMPAS — Sebanyak 15 rumah adat dan fasilitas lain yang digunakan untuk pertemuan dan ritual adat berkenaan dengan tradisi Wetu Telu di Gubuk Karang Bajo, Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, direvitalisasi. Ini merupakan program Revitalisasi Desa Adat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selain 15 rumah adat, bangunan adat lainnya yang direvitalisasi adalah 8 Berugak (bale-bale) dan 6 Sambi Geleng (lumbung). Total dana untuk revitalisasi bangunan adat ini Rp 426,1 juta. Pengerjaannya dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat. Berarsitektur tradisional, bahan bangunan rumah dan sarana lainnya berupa kayu, ilalang, bambu, dan bahan lokal yang ramah lingkungan.

Direktur Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sri Hartini meresmikan bangunan adat yang telah direvitalisasi tersebut pada Kamis (18/12/2014). Acara itu dihadiri pula oleh Bupati Lombok Utara Djohan Sjamsu.

Sri Hartini mengatakan, tujuan revitalisasi rumah adat tersebut antara lain untuk menghidupkan rasa bangga akan kebudayaan sendiri di tengah gencarnya arus kebudayaan asing. Pada 2013, ada 9 desa adat yang telah direvitalisasi, tahun 2014 sebanyak 15 desa adat di Jawa Barat, Bali, NTB, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan.

”Belum semua rumah selesai dikerjakan karena menurut tradisi kami di sini dalam bulan Muharam dan Safar pantang dikerjakan, tetapi baru boleh dikerjakan pada bulan Maulid (Rabiulawal),” kata Rianom, tokoh adat Bayan.

Kampung Tradisional Senaru di Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Rumah adat di Karang Bajo yang dibenahi fisiknya itu antara lain rumah warga dan ”rumah dinas” pejabat dalam struktur masyarakat adat Wetu Telu: kediaman Kiai Lebe (membidangi keagamaan) dan para pembantunya: Loka Pande (perumus/perancang ritual adat), Loka Penguban (penasihat), Loka Walin Gumi (pemimpin ritual proses bertani dan lain-lain), serta Loka Singgan (membidangi keamanan/ketertiban).

Djohan Sjamsu menyambut baik upaya revitalisasi desa adat tersebut. Hal itu bisa dijadikan benteng pertahanan adat dan budaya di NTB untuk menekan masuknya pengaruh asing sejalan dengan kemajuan teknologi. (RUL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com