Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan Lintas Batas Jadi Perhatian

Kompas.com - 25/12/2014, 14:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pariwisata memutuskan fokus memasarkan pariwisata kepada wisatawan lintas batas (cross border). Wisatawan perbatasan mempunyai potensi yang sangat besar dan kedatangannya tidak mengenal musim.

Untuk meningkatkan jumlah wisatawan asing, menggarap wisatawan lintas batas adalah cara yang paling mudah, paling murah, dan paling realistis. Hal itu disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat jumpa pers akhir tahun, di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (23/12/2014).

”Kita harus pandai memilih saat anggaran pariwisata kita tidak mencukupi,” kata Arief. Ia mencontohkan, pengembangan lintas batas yang berhasil adalah Batam, Kepulauan Riau.

Batam menjadi pintu masuk wisatawan ketiga terbesar setelah Bali dan Jakarta. ”Jika jumlah wisatawan asing kita mencapai 9 juta orang, 25 persennya masuk dari Batam. Angka itu cukup besar, 2,25 juta orang,” ujar Arief.

Pengembangan pariwisata lintas batas akan membuahkan hasil yang berlipat dibandingkan melakukan pengembangan destinasi baru.

Arief mencontohkan menggarap sebuah kota yang jumlah wisatawannya mencapai 100.000 orang. Dengan penggarapan yang baik, pertumbuhan wisatawan di kota itu bisa meningkat tiga kali lipat. Namun, dengan upaya yang sama, jika dilakukan di Batam, hasilnya bisa lima kali lipat.

Menurut Arief, Indonesia harus belajar dari Malaysia dalam menggarap wisatawan lintas batas. Sebanyak 75 persen wisatawan Malaysia merupakan wisatawan lintas batas. Malaysia memanfaatkan letak yang dekat dengan akses yang mudah sehingga membuat wisatawan datang.

Kepala Badan Promosi Pariwisata Indonesia Yanti Sukamdani mengatakan, jika pemerintah ingin menggaet 20 juta wisatawan asing dan 275 juta wisatawan Nusantara, pemerintah harus mengembangkan wisatawan lintas batas, selain mendorong pertumbuhan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE), wisata bahari, dan kapal pesiar.

”Kami melihat ada 67 juta orang berkeliaran di ASEAN. Di Malaysia ada 26 juta, Thailand 24 juta, di Singapura 14 juta. Kenapa itu tidak kita tangkap? Mereka sangat mudah mampir ke Indonesia karena tinggal menyeberang saja,” kata Yanti.

KOMPAS/KRIS RAZIANTO MADA Pemain makyong seusai pentas di Pulau Panjang, tempat tinggal kelompok makyong terakhir di Batam, Kepulauan Riau. Makyong adalah salah satu teater rakyat di tanah Melayu yang sudah hidup selama berabad-abad. Dimulai dari Thailand Selatan, makyong menyebar hingga ke Indonesia.
Menangkap wisatawan lintas batas bisa melalui laut dan darat. Melalui laut milsanya Kepulauan Riau dan Manado. Melalui darat bisa dilakukan di Kalimantan.

”Pemerintah daerah Belitung bisa juga membangun dermaga khusus agar wisatawan Singapura dan Malaysia bisa masuk ke sana,” ujar Yanti.

Untuk mempromosikan pariwisata, Arief akan memberikan porsi yang lebih banyak untuk pemasaran digital. Dari sisi efektivitasnya, pemasaran digital mencapai 60 persen dan nondigital mencapai 40 persen.

Dari sisi biaya, biaya pemasaran digital hanya 30 persen atau tiga kali lebih murah dibandingkan pemasaran yang nondigital. (ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com