“Tarian ini menggambarkan rasa syukur masyarakat Sumedang khususnya Rancakalong kepada Tuhan Yang Maha Esa karena melimpahnya hasil panen dipadu dengan komposisi gerak dari sebuah permainan(kaulinan) rakyat yaitu lagu Jaleuleu yang merupakan kebiasaan masyarakat agraris saat bulan purnama tiba, kemudian dikemas dengan tarian Jaleuleu,” kata Elly Suliasih, penanggung jawab Gekar Seni Sumedang di Denpasar, Bali, Rabu (31/12/2014).
Elly menerangkan bahwa Tarian Tarawangsa dan Jaleuleu, yang konon menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, ditimpa musibah yang membuat warganya panik luar biasa. Sebab musabab kepanikan tersebut karena hilangnya butiran padi dari dalam kulitnya. Padi yang ditanam tumbuh, tetapi tidak berisi.
Akibatnya, masyarakat mengalami kekurangan pangan, kelaparan dan berbagai jenis penyakit. Kemudian mencari bibit padi dari Mataram yang ditempatkan pada alat musik bernama Tarawangsa, agar aman dan tidak dirampok di tengah jalan.
Pengunjung Denfest merasa bersyukur dengan kehadiran kesenian dari berbagai daerah. ”Bagus lah, jadi kita tahu kesenian dan budaya dari daerah lain,” kata Luh Ayu, salah satu pengunjung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.