Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau-pulau Wisata Makin Padat di Kepulauan Seribu

Kompas.com - 28/01/2015, 16:42 WIB
PULAU KELAPA, KOMPAS — Pulau-pulau wisata di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kepulauan Seribu, kian sesak karena pertumbuhan penduduk yang cepat dan maraknya pembangunan. Pulau Kelapa, misalnya, memiliki tingkat kepadatan penduduk mencapai 453 jiwa per hektar.

Berdasarkan data Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Pulau seluas 13,09 hektar itu dihuni 5.894 jiwa pada 2013 atau menjadi pulau terpadat di wilayah utara Kepulauan Seribu. Pantauan Kompas, Minggu (25/1/2015), rumah-rumah penduduk di Pulau Kelapa berimpitan dengan jalan-jalan sempit selebar 2 meter dan hanya cukup dilewati dua sepeda motor.

Selain padat dan sumpek, pulau ini juga minim ruang publik. Meski demikian, pertumbuhan penduduk membuat warga terus mendirikan tempat tinggal. Alhasil, sebagian warga terpaksa membangun rumah di atas lahan reklamasi karena kehabisan lahan.

KOMPAS/PRIYOMBODO Para wisatawan antusias ber-snorkeling di Gusung Pulau Perak, Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, Sabtu (24/1/2015). Snorkeling, susur pulau, dan menikmati keindahan matahari terbenam merupakan paket wisata yang dinikmati wisatawan yang berkunjung ke pulau ini.
Budiman (52), salah satu warga Pulau Kelapa, misalnya, terpaksa membangun rumah di tepi laut yang diuruk dengan tanah bercampur batu. ”Itu saja saya bangun rumah sudah 20 tahun lalu (tahun 1995). Sekarang sudah banyak rumah lain yang mengelilingi rumah saya,” kata lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai pengayuh becak ini.

Tak punya pilihan

Budiman yang tinggal di rumah berdinding kayu dan beratap seng ini mengaku tidak mempunyai pilihan lain untuk membangun tempat tinggal di atas lahan reklamasi karena kehabisan tanah di tengah pulau. ”Kalaupun ada, harganya sudah mahal,” ujar Budiman, yang berpenghasilan rata-rata Rp 50.000 per hari.

Menurut dia, daratan Pulau Kelapa saat ini menjorok ke laut sekitar 200 meter dibandingkan 20 tahun lalu. Pendatang atau warga yang ingin membangun tempat tinggal kemungkinan akan terus memperluas areal lahan reklamasi.

Syahdan (34), warga lain, mengisahkan, Pulau Kelapa mulai padat penduduk setelah banyak resor pribadi dan penginapan wisata tumbuh menjamur di pulau-pulau yang ada di sekitarnya sekitar dekade 1980. Resor-resor itu menggunakan tenaga kerja dari Pulau Kelapa sehingga memicu warga dari luar pulau untuk turut mencari pekerjaan.

KOMPAS.COM/TRI WAHYUNI Sisa reruntuhan Benteng Martello akibat gelombang tidal letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, merupakan salah satu situs sejarah di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu.
Selain Pulau Kelapa, Pulau Harapan dan Kelapa Dua juga mulai sesak karena gencarnya pembangunan. Di kedua pulau ini, rumah juga dibangun berdempetan mengapit jalan-jalan sempit selebar 2 meter. Warga umumnya menggunakan sepeda motor untuk mobilitas dan becak untuk mengangkut barang di dalam pulau.

Maraknya penginapan

Pulau Harapan memiliki luas 6,7 hektar dan dihuni 1.760 jiwa atau tingkat kepadatannya 262 jiwa per hektar. Salah satu pemicu kepadatan pulau ini adalah maraknya pembangunan penginapan dalam tiga tahun terakhir karena kunjungan wisatawan terus meningkat. Adapun Pulau Kelapa Dua yang memiliki luas 1,9 hektar dan berpenduduk 413 jiwa mempunyai tingkat kepadatan 217 jiwa per hektar.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Pasir putih di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Menurut Camat Kepulauan Seribu Utara Agus Setiawan, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu berencana menata permukiman di Pulau Kelapa, Pulau Harapan, dan Pulau Kelapa Dua dengan membangun jalur lingkar luar selebar 4-6 meter. Selain memudahkan wisatawan berkeliling pulau, jalan lingkar itu juga berfungsi menjadi pembatas wilayah permukiman. Warga dilarang membangun rumah di luar jalan lingkar tersebut.

”Mungkin juga akan ada penataan permukiman warga, seperti program kampung deret. Yang jelas tidak sampai perlu ada relokasi,” ujar Agus. (ILO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com