Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kopi Gayo, Menikmati Inkonsistensi Rasa

Kompas.com - 08/02/2015, 06:39 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Semenjak pulang dari Aceh akhir November tahun lalu, hari-hari saya dengan indah diisi oleh seruputan kopi gayo yang nikmat itu. Setidaknya empat cangkir kopi saya tenggak tiap harinya, pada pagi, siang, sore, dan malam hari.

Gayo, ya hanya kopi gayo yang saya minum saban harinya. Alasan pertama, karena perbendaharaan minum kopi saya memang masih minim, hanya kopi gayo lah yang saya kenal dan saya punya. Sementara kopi-kopi lainnya hanya numpang lewat saja jika saya pergi ke warung kopi atau kafe. Pernah saya minum kopi toraja, bajawa kopi, kopi papua, kopi pagaralam, kopi bali, kopi sidikalang, dan beberapa lainnya.

Entah karena terprovokasi oleh penyair Fikar W Eda yang asal Aceh, atau teryakinkan oleh seorang peneliti kopi dan coklat asal Jember bernama Yusianto, atau tersugesti oleh promosi Ikra yang pemilik kilang kopi tertua di Takengon bernama Aman Kuba, akhirnya--untuk sementara ini--saya memutuskan untuk hanya menikmati kopi arabica gayo.

Nah, marilah kita telisik sisik melik mengenai kopi gayo yang informasinya saya dapat dari ketiga kawan saya di atas.

Kopi Gayo merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo. Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, serta Gayo Lues.

Luas lahan potensial untuk kopi Arabica di tiga kabupaten dari empat kabupaten tersebut (Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues) dapat mencapai 130.000 – 140.000 ha, sedangkan luas tanam saat ini telah mencapai sekitar 100.000 ha.  Masih ada peluang pengembangan lebih kurang sekitar 40.000 ha lagi di ketiga kabupaten tersebut.  Hal lain yang amat sangat menarik, dari sekitar 100.000 ha luas tanam yang sudah ada, semua kebun kopi rakyat.  Kondisi ini sangat menguntungkan rakyat dalam menghadapi berbagai kondisi krisis yang menerpa.

Gayo sendiri merupakan nama Suku Asli yang mendiami wilayah ini. Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai petani Kopi. Varietas Arabica mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi Arabica yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia

Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia. Kopi Gayo memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kebanyakan kopi yang ada, rasa pahitnya masih tertinggal di lidah kita, namun tidak demikian pada kopi Gayo. Rasa pahit hampir tidak terasa pada kopi ini. Cita rasa kopi Gayo yang asli terdapat pada aroma kopi yang harum dan rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika. Kopi Gayo Aceh Gayo dihasilkan dari perkebunan rakyat di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Di daerah tersebut kopi ditanam dengan cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai kopi hijau (ramah lingkungan). Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia.

Menurut Ikra, keunggulan rasa kopi gayo adalah inkonsistensi, mewakili rasa kopi di seluruh dunia yang disebabkan karena kontur tanah, ketinggian, dan jenis kopi.

Kopi yang ditanam di Tanah Gayo adalah kopi arabica, sebuah varietas kopi yang belakangan sangat masif perkembangannnya di Indonesia. Dahulu, kata penyair Fikar, masyarakat kita ditipu oleh penjajah Belanda yang mengatakan bahwa kopi arabica hanya untuk kalangan bangsawan, sementara kopi robusta unyuk rakyat. Maka sejak itulah rakyat kebanyakan hanya mengenal kopi robusta, sedang kopi arabica diekspor ke luar negeri untuk dinikmati para "bangsawan" Eropa.

Sekarang, setelah masyarakat mulai mengenal dengan baik kenikmatan kopi Arabica, perkembangan kopi ini pun sangat pesat yang ditengarai oleh berkurangnya volume ekspor dan meningkatnya kebutuhan kopi dalam negeri dari waktu ke waktu.

Rasa kopi arabica yang ringan karena konon kafeinnya jauh lebih kecil dibanding robusta, menjadi penyebab mereka yang kerap bermasalah dengan asam lambung setelah minum kopi, memilih kopi arabica sebagai teman santai di pagi atau sore hari.

Mernurut Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin, kopi asal dataran tinggi Tanah Gayo, laku keras di 17 negara; di antaranya Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris.

Hal itu dibenarkan oleh Yusianto, 50, peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jembar saat ditemui di Simposium Kopi Internasional yang berkwngsung di Banda Aceh, 19-21 November 2014 lalu. Yusianto mengemukakan, tak heran jika kopi gayo dimninati oleh masyarakat luar, karena citarasa kopi gayo memang salah satu kopi terbaik di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com